Search

Home / Khas /

Pebulu Tangkis Indonesia Belum Puas dengan Permintaan Maaf BWF

   |    22 Maret 2021    |   22:48:24 WITA

Pebulu Tangkis Indonesia Belum Puas dengan Permintaan Maaf BWF
Pebulu tangkis All England Indonesia Greysia Polii (kanan) dan Marcus F Gideon memberikan keterangan pers setibanya dari Inggris di Terminal VVIP Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (22/3/2021) malam. Tim All England Indonesia kembali ke tanah air lebih cepat setelah dipaksa mundur dari kejuaraan tersebut karena menumpang pesawat yang salah satu penumpangnya terkonfirmasi positif COVID-19 saat menuju ke Inggris. (Foto: ant/Istimewa)

JAKARTA, PODIUMNEWS.com – Perwakilan atlet tim nasional bulu tangkis yang berlaga di All England 2021 mengaku tidak puas dengan permintaan maaf BWF atas insiden penarikan paksa saat berlaga di babak pertama turnamen Super 1000 pada 17 Maret.

Atlet ganda putra Marcus Fernaldi Gideon meminta BWF agar melakukan persiapan lebih matang. Dengan jumlah turnamen yang semakin sedikit karena terdampak pandemi, seharusnya BWF punya proyeksi persiapan yang lebih baik untuk menghindari kejadian seperti yang dialami timnas.

"Persiapan harus lebih matang. Takutnya nanti kalau ada kejadian seperti ini lagi, mereka (BWF) cuma minta maaf tanpa ada pertanggjungjawaban yang pasti. Jangan hanya cuma minta maaf lalu urusannya dianggap selesai, harusnya tidak seperti itu," tutur Marcus dalam konferensi pers virtual, Senin (22/3).

Atlet senior spesialis ganda putri Greysia Polii juga ikut mengutarakan pandangannya terkait peristiwa ini.

Greysia, yang berpasangan dengan Apriyani Rahayu, menilai BWF tidak memahami posisinya selain menjadi organisasi induk dan panitia. Pada masa pandemi, BWF juga berperan sebagai penengah antara otoritas kesehatan negara penyelenggara dan atlet.

Pada kasus penarikan timnas dari All England, BWF seharusnya bisa melindungi atlet dari kebijakan kepada Badan Layanan Kesehatan Inggris (NHS) yang terkesan dipaksakan untuk membawa timnas ke hotel isolasi.

"BWF adalah pelindung, dan kami (atlet) adalah aset mereka yang harus dinaungi. Mereka harus bisa lebih bertanggung jawab dengan respon mereka saat diarahkan NHS. Misalnya saat dikeluarkan dari hall, seharusnya ada pembicaran dua arah lebih dulu dengan manajer tim. Tapi di kejadian kemarin mereka main paksa dan memutuskan sepihak," kata Greysia menjelaskan.

Skuad Merah Putih sejatinya memahami peran NHS selaku otoritas kesehatan yang harus dipatuhi oleh BWF, namun sebagai BWF juga wajib memahami kebutuhan peserta sehingga merasa aman dengan naungan mereka.

Dalam kesempatan ini timnas juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada PBSI, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar RI di London, media nasional, serta masyarakat Indonesia yang mencurahkan bantuan dan dukungan kepada mereka.

"Kami sangat berterima kasih kepada negara yang sudah memperjuangkan dan melindungi kami. Usaha mereka untuk melindungi atletnya sangat luar biasa dan kami sangat mengapresiasi," imbuh Greysia. (ANT/RIS/PDN)


Baca juga: Satu Langkah Setelah Vaksinasi Covid-19