Search

Home / Kolom / Opini

Nangun Sat Kerthi Loka Bali Sebagai Jawaban Spritualis dan Filosofis dalam Menjaga Kelestarian Alam Bali

   |    17 Februari 2019    |   18:14:44 WITA

Nangun Sat Kerthi Loka Bali Sebagai Jawaban Spritualis dan Filosofis dalam Menjaga Kelestarian Alam Bali
ILUSTRASI

Oleh: Irno Januario*

Hal yang sering menjadi problematika dan bahan diskusi panjang adalah masalah kelestarian alam. Permasalahan ini sangat berkaitan dengan sikap manusia terhadap alam; bagaimana manusia seharusnya memahami dan bersikap terhadap alam dan lingkungan sekitarnya. Bencana lingkungan sebagai akibat dari menurunnya kualitas lingkungan hidup sebenarnya merupakan bencana lingkungan yang dapat dicegah. Bencana lingkungan hari ini juga lahir karena adanya kerakusan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Di samping tetap melakukan perbaikan pola hidup yang selaras dengan kelestarian lingkungan hidup, sudah saatnya memberikan dorongan kepada pemerintah agar serius melakukan upaya melindungi dan melestarikan lingkungan hidup.

Gubernur Bali I Wayan Koster memaparkan visi misi dan program pembangunan Bali yang tertuang dalam “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” yang pempunyai arti menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama dan gumi Bali yang sejahtera dan bahagia.Visi dan misi ini tentunya lahir dari suatu spiritualitas permenungan filosofis tentang Keseimbangan alam Bali, pelestarian budaya Bali dan usaha mempertahankan kualitas Bali sebagai daerah pariwisata yang mendunia sambil memperhatikan keseimbangan lingkungan alam Bali.

Persoalan Kerusakan Lingkungan di Bali

Menurut data yang diambil dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WAHLI) Bali, Peristiwa bencana lingkungan yang terjadi di Bali Periode Tahun 2014 s/d 2017 menempatkan Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng sebagai Kabupaten yang paling banyak mengalami bencana lingkungan. Dalam 3 (tiga) tahun belakangan ini, masing-masing kabupaten tersebut mengalami 15 (lima belas) kali bencana lingkungan. Kabupaten Badung mengalami 10 (sepuluh) kali bencana banjir, 2 (dua) kali longsor, dan 3 (tiga) kali ROB. Sedangkan Kabupaten Buleleng mengalami 5 (lima) kali bencana banjir, 1 (satu) kali banjir bandang, 4 (empat) kali longsor, 1 (satu) kali kekeringan, dan 4 (empat) kali bencana puting beliung.
Di Kabupaten Tabanan terjadi 11 (sebelas) kali bencana lingkungan, diantaranya mengalami 4 (empat) kali bencana banjir, 1 (satu) kali banjir bandang, 3 (tiga) kali kekeringan, 1 (satu) kali ROB, dan 2 (dua) kali bencana puting beliung. Di Kabupaten Bangli terjadi 9 (sembilan) kali bencana lingkungan, diantaranya mengalami 2 (kali) bencana banjir, 2 (dua) kali bencana longsor, 4 (empat) kali kekeringan, serta 1 (satu) kali bencana puting beliung. Di Kabupaten Karangasem yang berlokasi di ujung timur pulau Bali dengan karakter wilayahnya yang sebagian besar merupakan lahan kering mengalami 9 (sembilan) kali bencana lingkungan, diantaranya mengalami 4 (empat) kali kekeringan, 1 (satu) kali kebakaran hutan, 2 (dua) kali longsor, 1 (satu) kali banjir, dan 1 (satu) kali banjir bandang.

Kabupaten Jembrana sedikitnya telah mengalami 8 (delapan) kali bencana alam, diantaranya terjadi 2 (dua) kali kekeringan, dan 1 (satu) Puting Beliung. Selain itu, bencana lingkungan seperti banjir, longsor, ROB, dan gelombang pasang masing-masing terjadi 1 (satu) kali. Kota Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali mengalami 7 (tujuh) kali bencana lingkungan, berupa bencana Banjir. Kabupaten Gianyar mengalami 5 (lima) kali bencana lingkungan, diantaranya 1 (satu) kali banjir, 1 (satu) kali longsor, dan 3 (tiga) kali kekeringan.

Terakhir, Kabupaten Klungkung dalam rentang waktu 3 (tiga) tahun terakhir hanya mengalami 4 (empat) kali bencana lingkungan, yaitu mengalami 2 (dua) kali kekeringan, 1 (satu) kali ROB, dan 1 (satu) kali bencana puting beliung. Dalam periode tahun 2014 s/d tahun 2017 Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten yang paling sedikit mengalami bencana lingkungan dibandingkan 8 (delapan) kabupaten/kota yang ada di Bali.

Sementara itu, pada kamis 18/12 2008 silam, Kompas pernah menulis, kerusakan lingkungan hidup di Pulau Dewata semakin meluas selama 10 tahun terakhir seperti abrasi mencapai 20 persen dari total panjang pantai, lahan kritis mencapai lebih dari 55.000 hektar, hingga naiknya suhu udara mencapai 33 derajat celsius. Penyebab kerusakan ini diperkirakan antara lain dampak dari pembangunan pariwisata sejak 1970-an yang kian tak terkontrol sampai sekarang di seluruh wilayah Bali. Karenanya, Pemerintah Provinsi Bali didesak segera menyusun aksi mencegah kerusakan tidak semakin parah. Selain itu, aksi ini juga diharapkan mampu menghadapi percepatan perubahan iklim secara menyeluruh.

Nangun Sat Kerthi Loka Bali Sebagai Jawaban Spiritualis dan Filosofis Atas Persoalan Kerusakan Lingkungan Bali

Filsafat dipelajari untuk memahami bagaimana manusia berpikir dan bertindak. Pemahaman dan tindakan manusia sering dipengaruhi dan ditentukan olehaliran berpikir yang dianutnya serta etika yang dipahaminya. Manusia selalu berpikirketika menghadapi suatu kejadian di hadapannya, atau karena ingin tahu terhadap sesuatu. Dari sini kemudian muncul berbagai pertanyaan di dalam benaknya:Apakah kehidupan itu? Apakah alam itu? Apa dan bagaimana kehidupan dalam alam ini? Apakah semua ini terjadi dengan sendirinya atau karena mekanisme, ataukah memang ada yang merencanakan? Apa hakikat dari realitas ini? Semua permasalahan tersebut membutuhkan jawaban, dan jawaban serta pemecahannya telah melahirkan teori-teori dan sistem pemikiran filosofis, seperti empirisme, fenomenalisme, idealisme, materialisme dan sebagainya.

Idealisme merupakan salah satu aliran dalam filsafat yang mapu mencapai taraf mensubuyekan segala realitas. Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran (mind) atau jiwa (self). Bahwa keterhubungan realitas dasar itu, dalam refleksi selanjutnya sampai pada jawaban segala sesuatu berasal dari satu.

Nangun sat kerthi loka bali adalah suatu idealisme yang terlahir dari suatu pandangan dunia yang metafisik, yang mempersatukan segala realitas kearah realitas dasar dasar dalam hubungan yang erat antara ide, pikiran dan jiwa manusia. kesatuan ini melahirkan sikap subejektivitas yang terarah keluar, bahwa segalah sesuatu di luar manusia dipandang sebagai subyek yang lain dan bukan obyek.

Whitehead (Urmson, 1991: 325) , pernah menulis, kesatuan ego (individu) hendaknya dapat menjadi dasar untuk menumbuhkan kesadaran setiap pribadi manusia sebagai sama-sama subyek dengan unsur-unsur alam yang lain, sehingga tidak ada sikap semena-mena yang eksploitatif terhadap alam dan lingkungan, karena hal itu dapat mengakibatkan ketidakharmonisan general (disharmoni global). Ketika manusia menganggap bahwa lingkungan (alam) disekitarnya adalah obyek, maka dapat memberi konotasi manusia boleh melakukaneksploitasi sesuka hati terhadap alam. Akan tetapi jika manusia menyadari bahwaseluruh unsur alam ini adalah sesama makhluk, sesama individu, dan sama-samasubyek yang saling terkait, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk boleh berbuat ketidakadilan dan kerusakan terhadap alam Proses .

Selain idealisme Barat, filsafat Timur juga memainkan peranan penting dalam mengungkap realitas semesta.Teori filsafat timur diwakili oleh kosmologi Hindu, sebagai aliran filsafat spiritualis yang mengarah kepada kesadaran dasar manusia yang sangat metafisik. Dalam pandangan Hindu setiap individu itu memiliki intisari yang sama dengan Tuhan. Setiap individu tidak memandang adanya perbedaan dengan individu lain tetapi dalam kenyataan “atman” (roh atau jiwa) yang bersatu di dalam tubuh atau fisik. Atman yang merupakan pusat spiritual dalam tubuh manusia adalah sumber dari pengetahuan, kekuatan, cinta kasih, dan kemurnian yang tidak ada batasnya. Menurut pandangan predominan Hindu, atman yang sama berada dalam semua makhluk hidup termasuk hewan dan tumbuhan.
Kosmologi Hindu merupakan Devirat dari ilmu filsafat, sebagaimana karakter atau sifat dari ilmu filsafat yang merupakan sumber dari semua ilmu pengetahuan, maka demikian juga kosmologi memiliki keterkaitan dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan. Kosmologi berasal dari kata cosmology yang terdiri dari kata cosmos, dan kata logy, kata cosmos berarti jagat raya atau alam semesta, dan kata logy berarti ilmu pengetahuan. Jadi kosmologi adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta. Sedangkan kata cosmic yang berarti berkenaan dengan alam semesta.

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa kosmologi dalam konteks umum, kosmologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyangkut penyelidikan, atau teori tentang asal-usul dan perkembangan alam semesta sebagai suatu sistem yang teratur. Berbeda dengan kosmologi umum, kosmologi Hindu menempatkan Tuhan pada posisi pertama dari alam semesta ini.

Pemahaman tentang perilaku macrocosmos, jagat raya atau alam semesta sebagai perilaku semesta akan mewujudkan peradaban kasih sayang semesta sebagai gambaran sorga di bumi yang dicita-citakan oleh setiap umat manusia yang lahir ke bumi. Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma hanya mungkin diwujudkan melalui penghayatan terhadap persaudaraan semesta dalam konsep kosmologi.

Di sini kita dapat melihat suatu pertautan antara idealisme barat dan spritualitas filsafat timur yang terarah kepada pandangan lebih mendalam tentang lingkungan sekitar. Bahwa alam sekitar memiliki unsur metafisik yang terarah pada suatu pemikiran dasar sebagai sumber dari segala sesuatu. Dalam refleksi selanjutnya, filsafat ketuhanan menyebut bahwa dasar dari segalah sesuatu adalag ada yang tidak di adakan. Sang pencipta yang tidak diciptakan namun menciptakan dari ketiadaan (creatio ex nihilo).

Maka ungkapan Nangun Sat Kerthi Loka Bali, bukan hanya suatu visi dan misi gubernur semata, namun lebih jauh dari itu, kalimat ini adalah ibadah bagi semua mahluk hidup. Jika filsafat barat menilai sebagai buah pikiran atau idealisme semata, maka filsafat timur, melalui kosmologi hindu, melihatnya lebih jauh sebagai suatu unsur spiritualitas yang menyadarkan siapa manusia di hadapan Tuhan dan alam semesta. Semoga menjadi ibadah bagi semua rakyat Bali dan dapat menginspirasi semua makluk di bumi ini. (*)

* Jurnalis Podiumnews.com


Baca juga: Mencoba Menghapus Stigma Spesialis Wakil