Search

Home / Aktual / Sosial Budaya

Ini Alasan Kenapa Weton Bisa Ada

   |    16 Juli 2022    |   03:18:00 WITA

Ini Alasan Kenapa Weton Bisa Ada
Ilustrasi (Pixabay)

ISTILAH weton sudah menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat kebudayaan Jawa. Kata weton sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti hari kelahiran.

Pada tradisi budaya Jawa, hari lahir atau weton dihitung dan dibagi kepada dua hal. Pertama adalah hari, seperti Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Yang kedua adalah pasarannya, seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. 

Kemudian kedua bentuk hari tadi lantas disandingkan dan dijadikan dasar acuan terhadap beberapa lini kehidupan masyarakat Jawa. Mulai dari memilih jodoh, menentukan waktu hari terbaik mendirikan rumah, tanam saat bertani, menentukan kapan hari terbaik memulai usaha, dan sebagainya.   

Maka perlu dipahami alasan-alasan mengapa masyarakat Jawa menggunakan perhitungan hari beserta pasarannya seperti di atas guna menentukan berbagai hal? Atau bagaimana bisa hari kelahiran digunakan untuk memilih jodoh dalam masyarakat?  

Pakar Filsafat Jawa dari Universita Gadjah Mada (UGM) Dr Iva Ariani menyebut bahwa fenomena weton pada budaya Jawa sebetulnya tak jauh beda dengan fenomena yang terjadi dengan masyarakat kebudayaan lainnya.

Pun pada masyarakat Barat yang dikenal rasionalitas juga ditemukan berbagai perhitungan-perhitungan untuk menentukan sikap mereka.

Menurut Dr Iva Ariani bahwa perhitungan masyarakat Jawa didasari oleh yang dinamakan “ilmu titen”. Titen ini lebih kurang adalah ilmu membaca situasi.

Situasi yang dibaca adalah berbagai kejadian di alam sekitar. Contohnya seperti ketika melihat binatang-binatang turun dari gunung, maka kejadian itu menjadi tanda bahwa tidak lama lagi akan terjadi gunung meletus atau gempa. Kemudian, jika merasakan suhu menjadi panas, maka itu adalah tanda bahwa akan turun hujan, dan lain sebagainya.  

Pengalaman-pengalaman yang dialami masyarakat dalam membaca situasi alam di sekitar tersebut terus berkumpul dan menghasilkan salah satunya “weton” dan terus lestari sampai sekarang ini.

Jadi misalnya ada seseorang lahir pada hari dan pasaran tertentu, contohnya Senin Legi atau Selasa Pon. Leluhur masyarakat Jawa sebelumnya telah melihat dan membaca pengalaman dan nasib dari orang-orang yang dilahirkan pada waktu tersebut dan lalu menggunakannya untuk penentuan di masa depan.

Bukankah ini juga tidak jauh beda dengan ilmu kosmologi yang digunakan dalam zodiak oleh masyarakat Barat. 

Oleh karena itu, dalam ilmu filsafat, weton disebut juga dengan epistimologi Jawa. Sebab, dengan mengacu kepada penjelasan di atas, weton sendiri didasarkan oleh pengalaman-pengalaman empiris masyarakat. 

Jadi ini sebenarnya pengetahuan yang bersumber dari pengalaman-pengalaman turun-temurun yang kemudian menjadi pengetahuan tradisonal masyarakat. (dev)

 


Baca juga: NUSA DUA CIRCLE, Mega Proyek ‘Gagal’. Benarkah Perusahaan dan Orang-Orang yang Terlibat Didalamnya Juga Bermasalah? (BAG: 1)