Search

Home / Khas /

Karya Inovasi Disabilitas Membantu Sesama

   |    21 Oktober 2022    |   15:29:00 WITA

Karya Inovasi Disabilitas Membantu Sesama
Inovasi tongkat penuntun adaptif Kartini yang dikembangkan oleh Balai Besar Kartini Temanggung ini dilengkapi dengan berbagai fitur untuk memudahkan aktivitas sehari-hari para penyandang disabilitas sensorik netra. (foto/kemensos)

SEBETULNYA tak sedikit jumlah penyandang disabilitas telah menghasilkan berbagai karya inovatif yang terbukti mampu membantu mengatasi keterbatasan akitivitas keseharian mereka.

Sejumlah karya inovasi mereka itu dipamerakan pada Pertemuan Dasawarsa Penyandang Disabilitas Asia Pasifik 2013-2022 di Sentra Terpadu Inten Soeweno, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 19-21 Oktober 2022.

Pada pertemuan digagas The United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) itu terdapat sedikitnya lima karya inovasi unggulan penyandang disabilitas Indonesia yang ditunjukan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) kepada peserta negara-negara lain.

 Kepala Sentra Terpadu Inten Soeweno, Muhammad Royani mengatakan pengembangan inovasi itu adalah langkah Kemensos untuk memberikan penunjang yang maksimal kepada para penyandang disabilitas.

"Dua tahun lalu Bu Menteri Sosial (Tri Rismaharini) memberikan arahan kepada 31 sentra. Mengingat banyaknya penyandang disabilitas yang perlu mendapatkan layanan, kemudian kami membuat layanan untuk penyandang disabilitas fisik," kata Royani melalui keterangan tertulisnya, Kamis (20/10).

Lima inovasi yang menjadi unggulan Kemensos, yakni tongkat penuntun adaptif Kartini, sensor ketinggian air minum pada gelas, kursi roda multiguna, sepeda motor disabilitas, dan kelompok Difabel Siaga Bencana (Difagana).

Semua inovasi tersebut merupakan karya penyandang disabilitas, dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penyandang disabilitas.

Royani mengaku bangga dengan inovasi yang dihasilkan oleh para penyandang disabilitas di 31 sentra milik Kemensos.

Menurutnya, para penyandang disabilitas akan lebih percaya diri dalam beraktivitas karena terbantu oleh inovasi-inovasi tersebut.

“Karena itu adalah hal yang paling penting dalam pengembangan diri. Sejauh ini tak sedikit yang membuat gerak mereka (penyandang disabilitas) terbatas. Mereka seharusnya diberikan ruang untuk melakukan aktivitasnya,” kata Royani.

Inovasi tongkat penuntun adaptif Kartini merupakan alat bantu modern dengan dilengkapi sejumlah sensor untuk membantu tunanetra saat berjalan. Tongkat tersebut dilengkapi indikator untuk mendeteksi benda dengan jarak tertentu, mendeteksi air hingga gas beracun.

Kemudian, inovasi sensor ketinggian air minum pada gelas merupakan alat untuk memudahkan tunanetra saat menuangkan air minum pada gelas. Alat sensor tersebut dipasang di bibir gelas, sehingga memberikan indikasi suara ketika air sudah mulai penuh.

Selanjutnya, inovasi kursi roda multiguna juga dilengkapi dengan teknologi canggih. Penyandang disabilitas yang menggunakannya tidak perlu menggerakkan roda secara manual, melainkan cukup dengan mengendalikan arah menggunakan tuas yang telah tersedia.

Inovasi sepeda motor disabilitas merupakan kendaraan roda tiga yang dilengkapi berbagai alat pendukung kebutuhan usaha bagi disabilitas. Kendaraan tersebut dapat digunakan sebagai warung berjalan hingga usaha jahit pakaian.

Sedangkan inovasi Difabel Siaga Bencana (Difagana) adalah wadah bagi penyandang disabilitas yang bersedia menjadi relawan kebencanaan, sehingga dapat berkolaborasi dengan Tagana di lokasi bencana.

Berbagi pengalaman

Sebelumnya, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan bahwa Indonesia sebagai tuan rumah ingin berbagi pengalaman penanganan terhadap penyandang disabilitas pada pertemuan tingkat tinggi negara-negara Asia-Pasifik itu.

“Kita berharap, kita bisa menjadi tuan rumah yang baik, dan bisa menjadikan saudara-saudara kita, para penyandang disabilitas setara, sehingga menghilangkan pandangan dan perilaku diskriminatif terhadap mereka,” kata Risma pada Media Briefing di Jakarta, Senin (17/10).

Risma menjelaskan, pertemuan bersama negara-negara Asia-Pasifik ini merupakan respon terhadap tantangan dan hambatan dalam hal promosi dan perlindungan hak-hak penyandang disabilitas.

“Disebut promosi karena memang banyak sekali tindak diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas. Sehingga salah satu tuntutan yang disebutkan dalam pertemuan ini adalah promosi dan perlindungan hak-hak penyandang disabilitas,” terangnya.

Menurut Risma, dalam setahun terakhir, Indonesia telah melakukan berbagai terobosan untuk mendukung dan mempermudah aksesibilitas para penyandang disabilitas. Yang pertama adalah terobosan inovatif dengan  berbagai penemuan yang dipamerkan saat ini tersebut.

Selanjutnya kedua, melakukan enterprenurship approach. Jadi, jelas Risma, bukan hanya penekanan untuk bekerja, tapi juga berwirausaha kepada penyandang disabilitas.

“Mereka, kami ajarkan untuk bisa berdiri tapi dengan teknologi kami yang dibuat oleh para penyandang disabilitas juga. Jadi, ini adalah salah satu keberanian untuk bagaimana penyandang disabilitas ini bisa membuat, bahkan bisa menciptakan suatu karya sendiri, yang bisa kita akan ajukan hak patennya secara internasional,” ungkapnya.

Adapun yang ketiga, adalah keberpihakan pemerintah terhadap penyandang disabilitas agar mereka bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak, serta menumbuhkan kepedulian terhadap mereka.

“Kita coba menghidupkan kembali gotong royong supaya kita peduli kepada saudara-saudara kita dengan memberikan permakanan atau makanan untuk saudara-saudara kita, penyandang disabilitas. Lewat gotong-royong dari warga sekitarnya dengan bantuan uang dari pemerintah, bentuk saling peduli kepada sesama,” tutur Risma.

Tiga hal itu, disebutnya, sebagai terobosan yang akan dibagikan oleh Indonesia pada pertemuan bersama negara-negara Asia-Pasifik. “Kemudian, Indonesia berharap juga bisa belajar dari negara lain, dengan harapan bisa memperkaya negeri kita sendiri,” kata dia.

Saling belajar

Sementara itu, Executive Secretary of ESCAP, Armida Salsiah Alisjahbana menyebut Pertemuan Tingkat Tinggi Asia Pasifik untuk Penyandang Disabilitas periode 10 tahunan kali ini dilaksanakan di Indonesia lantaran Indonesia dianggap telah banyak melakukan sejumlah inovasi dalam penanganannya kepada penyandang disabilitas.

“Indonesia ini banyak sekali inovasi, terobosan-terobosan, seperti yang Ibu Menteri telah sampaikan, terobosan-terobosan yang bisa jadi contoh, lesson learned, best practice untuk negara-negara yang hadir nanti juga,” ujar Armida.

Lebih lanjut, hasil dari pertemuan itu nanti akan diwujudkan dalam Jakarta Declaration. Semua negara berkumpul dan saling belajar, serta saling bertukar informasi. “Pengalaman dari Indonesia bisa juga diaplikasikan di negara lain. Begitu pun pengalaman dari negara lain, bisa dipelajari oleh Indonesia,” ucap dia.

Di Asia dan Pasifik, diperkirakan terdapat 700 juta orang penyandang disabilitas yang menghadapi hambatan untuk partisipasi penuh dalam masyarakat.

Negara-negara yang tergabung dalam ESCAP bersepakat membangun kerja sama regional yang berfokus pada bagaimana mewujudkan pembangunan inklusif bagi penyandang disabilitas. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari Dekade Penyandang Disabilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (1983-1992).

Dalam pertemuan tersebut, anggota ESCAP akan mengkaji ulang (review) kemajuan dan pencapaian poin-poin rencana aksi dalam Strategi dan Deklarasi Incheon.

Pertemuan juga akan merumuskan kesepakatan baru dan memperbarui komitmen para anggota ESCAP dan asosiasi yang memperkuat pemenuhan hak-hak dan pembangunan inklusif penyandang disabilitas di Asia-Pasifik. Semua upaya ini diarahkan untuk pencapaian Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2032. (dev/sut)

 

 


Baca juga: Pengamalan dan Perwujudan Nilai-nilai Pancasila di Bidang Ekonomi