Search

Home / Kolom / Opini

Memantau Kebakaran di Australia dari Satelit

   |    12 Januari 2020    |   04:47:01 WITA

Memantau Kebakaran di Australia dari Satelit
Pantauan citra satelit Suomi-NPP (true color) pada hari Sabtu 11 Januari 2020 yang bisa diakses di situs Worldview NSW dan Victoria Australia NASA Amerika Serikat. (Foto: Istimewa)

Kebakaran hebat di Australia terjadi sejak Juli 2019 sampai saat ini (11/1) banyak media Indonesia memberitakannya. “1 Miliar Hewan Diperkirakan Mati Dilumat Api” tulis Kompas.com (08/01/2020 19.10 WIB). Detik.com (09/01/2020 13.22 WIB) menulis “10 Juta Orang Terperangkap Api”. “Helikopter, Pesawat dan Kapal Militer Dikerahkan, Perdana Menteri Peringatkan Masa Sulit Ke Depan”, tulis bbc.com (31/12/2019). Republika.co.id  pada 10 Desember 2019 mengabarkan  “Kabut Asap Menyelimuti Sydney”.  “27 Orang Tewas dan 8 Juta Hektar Lahan Terbakar” tulis inews.id pada hari Kamis 9 Januari 2020 dan “Pemerintah Indonesia Menyampaikan Rasa Duka dan Siap Bantu Tanggulangi Kebakaran Australia” penyataan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menerima kunjungan wakil duta besar Australia di kantornya (Tempo.co 7/1/2020 09.26 WIB).

Australia sudah sering mengalami kebakaran hebat dan kebakaran yang paling parah adalah kebakaran pada bulan Februari 2009 atau disebut sebagai “Black Saturday”, menewaskan 173 orang dan 2.029 rumah terbakar di Victoria.

Mengapa Australia Terbakar Hebat

Penyebab utama kebakaran adalah kombinasi dari suhu panas yang ekstrem, musim kering yang sangat panjang dan kecepatan angin yang kencang. Gelombang panas menerjang selama hampir 3 bulan dan pada pertengahan Desember 2019 suhu mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, rata-rata suhu udara mencapai 41.9 derajat Celcius. Catatan 120 tahun terakhir menunjukkan bahwa kali ini merupakan musim kering terpanjang, curah hujan sudah mulai berkurang sejak akhir tahun 2017, terutama di NSW dan Queensland. Hal ini menyebabkan pohon dan rumput menjadi sangat kering dan sangat mudah terbakar. Angin juga mengalir dengan cepat mencapai 60 miles/jam (60 km/jam) sehingga asap bisa mengalir sampai Sydney dan kota-kota lainnya.

Kebakaran Hutan di Indonesia

Indonesia juga mengalami kebakaran pada tahun 2019, terdeteksi 195.332 titik api, 1.592.010 hektar hutan dan lahan terbakar, dan mengerahkan 29 ribu personil, 88 helikopter, 6 pesawat TMC, 366 ton garam, 43 ribu kg kapur, dan menyebabkan 10 orang meninggal. World Bank menghitung kerugian ekonomi sebesar Rp 75 trilyun.

Dalam setiap operasi pemadam kebakaran hutan dan lahan (karhutla) semua pihak sangat tertarik mendapatkan informasi tentang jumlah hotspot / titik panas yang merupakan salah satu indikator kebakaran. LAPAN menyampaikan hasil deteksi hotspot dari satelit dan menginformasikannya hasilnya di situs http://modis-catalog.lapan.go.id/monitoring/. Tentunya LAPAN hanya menampilkan data deteksi hotspot untuk wilayah Indonesia, bagaimana caranya jika kita ingin memantau jumlah dan sebaran hotspot kebakaran di Australia? Banyak situs yang tersedia salah satunya adalah situs Global Forest Watch Fires https://fires.globalforestwatch.org/.

Satelit Pemantau Hotspot

Satelit Suomi National Polar-orbiting Partnership atau Suomi NPP adalah Satelit cuaca yang dioperasikan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat. Diluncurkan pada tahun 2011, mengorbit pada ketinggian 824 km di atas permukaan bumi, dan memonitor bumi 14 kali sehari. Satelit membawa sensor Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) yang salah satu fungsinya untuk memantau suhu permukaan bumi dan selanjutnya bisa digunakan untuk deteksi hotspot. Luasan kebakaran dengan ukuran 750 m x 750 m dapat dideteksi dan dianggap sebagai 1 titik hotspot.

Moderate-Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) adalah sensor yang dibawa oleh satelit observasi bumi milik NASA Amerika Serikat yang bernama Satelit Aqua mendeteksi siang hari dan diluncurkan pada tahun 1992 dan Satelit Terra mendeteksi malam hari dan diluncurkan pada tahun 2002. Satelit ini melintas masing-masing 2 kali sehari dan mempunyai kemampuan mendeteksi kebaran pada area 1 km x 1 km.

Hotspot / Titik Panas di Asutralia pada 1 Juli 2019 sd 11 Januari 2020

Total hotspot di Australia pada periode 1 Juli 2019  sd 11 Januari 2020 adalah 1.413.498 titik yang terdiri dari 229.626 titik (MODIS) dan 1.183.882 titik (Suomi-NPP). Hotspot terbanyak terdapat di negara bagian New South Wales 500.344 titik, Northern Territory 293.353 titik, Queensland 275.550 titik, Western Australia 228.387 titik, Victoria 83.870 titik, South Australia 26.995 titik, Tasmania 4.994 titik, Australian Capital Territory 5, Ashmore and Cartier Islands dan Coral Sea Islands 0 titik.

 

Oleh: Agus Wibowo (Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB)

Dari berbagai sumber berita online antara lain:

https://www.bbc.com/news/world-australia-50951043

https://scitechdaily.com/australia-like-a-furnace-incredible-satellite-images-reveal-ferocious-bushfires/


Baca juga: Mencoba Menghapus Stigma Spesialis Wakil