Search

Home / Khas /

Raja Billboard Bali dari Banyuatis

   |    07 Mei 2022    |   18:19:00 WITA

Raja Billboard Bali dari Banyuatis
Weda Jagir (Dok Weda Jagir)

JIKA menyebut kata billboard atau iklan reklame, tak klop rasanya bila tidak menyebut Jagir Printing dan Advertising. Pasalnya, promosi iklan luar ruangan berbentuk papan reklame (billboard) berukuran besar yang berada di tiap sudut jalan di Bali dikuasi oleh perusahaan dirintis oleh I Gede Agus Weda Wiguna ini.

Tak heran, pria 44 tahun yang akrab disapa Weda Jagir ini dijuluki Raja Billboard Bali dari Banyuatis. Banyuatis yang terletak di Kecamatan Banjar, Buleleng ini dikenal sebagai daerah penghasil kopi Bali berkualitas tinggi.

Ditemui di kantornya yang berlokasi di Jalan Tukad Balian, Gang Jagir, Denpasar pada Kamis (5/5), Weda menuturkan kisahnya hingga dikenal sebagai Raja Billboard Bali.

Ia mengatakan bahwa kesuksesan diraihnya tidak instant. Di awali terlebih dahulu bekerja pada event organizer di suatu bengkel production, ia menekuni ilmu sebagai dasar untuk membuka bisnis advertising. Setelah berbekal pengalaman yang cukup, ia akhirnya memilih ke luar dari perusahaan itu untuk mendirikan usaha sendiri dari dari nol. 

Awal tahun 2006, usaha yang dirintisnya ini bernama CV Jaya Giri, namun dalam perjalanannya nama itu dirasa terlalu panjang penyebutannya. Lalu tahun 2008 diubah menjadi “Jagir”  yang merupakan kependekan dari Jaya Giri.

Perusahaannya ini menawarkan berbagai jasa reklame printing indoor, outdoor, interior dan eksterior kepada konsumen dengan konsep “One Stop Advertising”. Ternyata direspon positif  oleh konsumen, bahkan mereka akhirnya menjadi konsumen loyal Jagir Printing dan Advertising.

Alhasil, perusahaannya mampu menguasai hampir 80 persen pasar jasa papan reklame dan baliho di Bali. Hal inilah kemudian membuat dirinya dikenal berbagai kalangan terutama pengusaha, politisi pemerintahan, dunia entertainment hingga masyarakat umum. 

Suami dari Dewi Eka Yanthi ini mengaku bahwa musim ramai jasa usahanya  adalah pada saat jelang pemilu, Pilkada, event besar, konser musik dan acara lainnya. Tamatan sarjana ekonomi Universitas Warmadewa selalu menawarkan ide kreatif yang berbeda pada karya digelutinya hingga selalu menarik perhatian masyarakat luas.

"Konsumen buat kami bukan hanya sebagai rekan kerja yang membutuhkan jasa kami, tapi menurut saya mereka adalah bagian dari usaha saya sehingga kami masih bisa bertahan di tengah gempuran persaingan bisnis advertising ini. Karenanya tali silaturahmi persaudaraan dan komunikasi selalu kita jaga agar hubungan bisa berkesinambungan," ujar pria tiga anak ini.

Setelah hampir kurang lebih enam belas tahun menggeluti bisnis advertising ini, Weda mengatakan pendapatan kotor diperolehnya mencapai ratusan juta rupiah. Namun berbeda ketika musim hajatan politik seperti pemilu dan Pilkada, omsetnya dapat mencapai satu milyar rupiah.

“Angka tersebut belum dikurangi dengan beberapa biaya operasional seperti gaji karyawan, biaya transportasi ataupun biaya maintenance lainnya,” terangnya.

Weda pun mengakui, seiring perkembangan zaman dan modernisasi pada dunia advertising, dirinya tak selamanya bisa sendiri merajai bisnis ini. Mau tidak mau mulai bermunculan pesaing-pesaing yang tentunya harus siap dihadapinya dengan berbagai inovasi bisnis yang dimiliki pesaing tersebut. Modernisasi ini diakui membuat semua orang berhak untuk mendapat tempat khusus dalam bisnis reklame dan sejenisnya. 

Namun dirinya juga meyakini bisnis yang dijalankannya adalah bisnis kreatif yang membutuhkan pemikiran cerdas yang dipadukan dengan nilai seni sehingga suatu karya bisa memiliki pesan yang siap disampaikan dan terbaca oleh orang yang melihatnya.

"Saya tetap bertahan di bisnis yang saya rintis dari nol ini. Saya yakin meski semua berpeluang untuk mempunyai usaha yang sama, namun yang namanya selera apalagi nilai seni pasti masing-masing punya nilai tersendiri di mata konsumen. Intinya tetap menjaga kualitas dan profesional pasti orang tetap akan pakai jasa kami," ucapnya.

Lebih lanjut diungkapkan Weda terkait keinginannya ke depan bagi bisnis yang ditekuninya saat ini akan mengembangkan lagi kreatifitas di bidang advertising seperti contoh yang sedang berjalan saat ini advertising dengan menggunakan LED billboard yang secara tidak langsung mendukung kebijakan pemerintah untuk mengurangi penggunaan plastik.

Disinggung terkait usaha yang dijalankannya pada masa pandemi Covid-19, sangat berpengaruh terhadap penjualan dari produk jasanya, dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) omset yang diperolehnya menurun sampai 70 persen dikarenakan masyarakat kebanyakan berdiam di rumah sehingga efektivitas dari kegiatan promosi pun berkurang. Untuk menangani kondisi tersebut, Weda pun berinisiatif untuk membuat akun Youtube bekerja sama dengan band ternama di Bali dinamai “Jagir Channel” dengan konten andalannya yaitu NGELINK.

“Pandemi Covid -19 ini tentu saja berat untuk semua pelaku usaha termasuk kami dan membuat omset menurun, namun saya berinisiatif untuk mencari alternatif lain yang bisa membuat bisnis saya mampu bertahan dengan membuat konten di Youtube yang sampai sekarang masih aktif,” pungkas pria yang hoby otomotif ini. 

Tidak hanya ingin menekuni usaha dalam bidang advertising, Weda pun mengembangkan usahanya di bidang kuliner dengan membuat café yang menyediakan live music performance bernama "Jeger House" yang telah dibuka pada 1 November 2021.

Selain itu, Weda pun memiliki rencana untuk memperdayakan masyarakat di sekitar Banyuatis, ia ingin membuat tempat untuk menenangkan diri atau lebih dikenal dengan “Jagir Munduk Sacred River” diperuntukan kepada orang yang ingin melepas beban pikiran dari kesibukan sehari-harinya karena di sana terdapat beberapa mata air dan suasana yang tenang dengan kondisi alam yang masih asri. Dijelaskan oleh Weda usaha yang direncanakannya ini sebagai bekal dalam mengisi kesibukan pada masa tuanya nanti. (Ricky)

 


Baca juga: Pengamalan dan Perwujudan Nilai-nilai Pancasila di Bidang Ekonomi