Search

Home / Kolom / Editorial

Bali: Sawah dan Wisata

Editor   |    13 Maret 2025    |   13:27:00 WITA

Bali: Sawah dan Wisata
Wisatawan mancanegara mengunjungi lahan pertanian di Desa Wisata Jatiluwih, Tabanan. (antara/nyoman hendra wibowo)

BALI, sebuah pulau yang kerap kita sebut "dewata," seolah-olah mengundang kita untuk merenungkan kembali makna dari sebuah lanskap. Di sana, sawah bukan sekadar petak-petak hijau yang membentang, melainkan panggung tempat para dewa dan para pelancong bertemu. Pertemuan yang, sayangnya, sering kali tidak harmonis.

Pariwisata, dengan segala gemerlapnya, telah menjadi napas bagi ekonomi Bali. Namun, napas itu kini terengah-engah, seiring dengan hilangnya sawah-sawah yang tergerus oleh pembangunan. Pertanian, yang dulunya adalah jantung dari kehidupan masyarakat Bali, kini terpinggirkan, seolah-olah menjadi bayang-bayang dari kemegahan pariwisata.

Kita sering kali lupa bahwa Bali bukan hanya tentang pantai dan pura. Bali juga tentang sawah, tentang para petani yang dengan tekun menanam padi, tentang upacara-upacara adat yang berkaitan dengan pertanian. Sawah adalah bagian dari identitas Bali, bagian dari jiwa Bali.

Maka, sinergisitas antara pariwisata dan pertanian bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Kita perlu menciptakan model pariwisata yang tidak hanya menguntungkan para pelaku industri, tetapi juga para petani. Kita perlu menghidupkan kembali tradisi-tradisi pertanian yang kaya akan nilai-nilai budaya.

Agrowisata, misalnya, bisa menjadi jembatan yang menghubungkan para pelancong dengan para petani. Wisatawan dapat belajar tentang teknik bertani tradisional, menikmati hasil panen segar, dan merasakan kehidupan pedesaan yang autentik. Para petani, di sisi lain, dapat memperoleh penghasilan tambahan dan melestarikan tradisi-tradisi mereka.

Namun, semua ini membutuhkan kesadaran dan komitmen dari kita semua. Pemerintah, pelaku pariwisata, petani, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang mendukung. Kita perlu mengubah paradigma kita tentang pembangunan, dari pembangunan yang berorientasi pada keuntungan semata menjadi pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Bali, dengan segala keindahannya, adalah anugerah yang harus kita jaga. Mari kita kembalikan sawah-sawah ke panggungnya, agar para dewa dan para pelancong dapat bertemu dalam harmoni. (*)


Baca juga: Sasar Turis Berkualitas