FENOMENA maraknya kasus turis asing berulah di Pulau Dewata dapat dijadikan momentum bersama untuk kembali menetapkan orentasi dan arah kebijakan pariwisata Bali ke depan, termasuk target segmentasi pasar turis yang disasar. Rintisan menerima turis secara lebih selektif semakin penting dan perlu dimulai. Karena mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung dari kondisi alam Bali, yang tentunya sangat berdampak terhadap kelestarian lingkungan hidup, sosial budaya, ekonomi dan termasuk manusia Bali itu sendiri. Pemikiran menyetarakan kembali titik keseimbangan dengan dampak negatif dari orientasi pada jumlah kunjungan sudah seharusnya mulai dipikirkan dan dijalankan dengan komitmen keseriusan semua pihak terutama pemerintah. Dasarnya adalah, semakin dibutuhkan turis berkualitas, tidak lagi mengejar jumlah kunjungan, tetapi tingkat pengeluaran dan lama tinggal. Asumsinya, saat ini dengan tingkat kunjungan yang ada, di masa selanjutnya perlu dipertimbangkan potensi tingkat konsumsi dan perilaku yang tidak merugikan kehidupan sosial pada destinasi yang dikunjungi. Model wisata yang ditawarkan pun perlu semakin diprioritaskan pada segmentasi yang relevan dengan turis yang berkualitas. MICE (meeting, incentive, conference, exhibition), segmentasi pasar MICE hampir dipastikan memiliki daya beli yang bagus, lebih well educated, dan memiliki kecenderungan perilaku yang adaptif dengan norma sosial warga lokal. Karena itu, segenap potensi yang dimiliki daerah, dianjurkan berbenah lebih serius untuk mendatangkan tamu dari segmentasi industri ini Event yang kerap mendatangkan wisatawan berkualitas terdiri dari event budaya, olahraga (sport tourism) dan musik. Sport tourism menjadi event berkualitas yang diharapkan juga akan mampu menarik segmen turis berkualitas. Dampak berganda dari sport tourism tidak hanya bagi tempat penyelenggaraan dan tidak terbatas pada waktu penyelenggaraan. Citra daerah sebagai tuan rumah penyelenggara event juga akan terdongkrak positif. Selain itu, segmentasi ekowisata, jenis wisata yang menyelaraskan kelestarian alam dan budaya dengan kegiatan wisata berbasis masyarakat ini, kurang tergarap dengan baik di Bali. Segmentasi ekowisata meskipun memiliki karakter selektif dalam kunjungan, tetapi diproyeksikan memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi. Misalnya pengeluaran per orang untuk wisatawan asing untuk mendaki gunung di Indonesia di atas Rp 100 juta dengan waktu seminggu. Wisatawan ekowisata lebih serius dan niat dalam berwisata. Dengan perumusan kembali orentasi dan arah kebijakan pariwsata yang tepat akan tentunya sangat berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan masyarakat dan kelestarian lingkungan alam serta budaya Bali yang sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat Bali. (*)
Baca juga:
Ulah Kepo Netizen Tak Selalu Buruk