Search

Home / Aktual / Sosial Budaya

Tabanan Sucikan Alam Semesta di Titik Nol Kota

Editor   |    28 Maret 2025    |   17:00:00 WITA

Tabanan Sucikan Alam Semesta di Titik Nol Kota
Bupati Sanjaya saat menghadiri upacar Tawur Agung Kesanga, Jumat (28/3/2025) di Tabanan. (foto/adi)

TABANAN, PODIUMNEWS.com - Catus Pata Kota Tabanan, yang merupakan titik nol kota dan dulunya merupakan lokasi berdirinya Patung Bung Karno, menjadi pusat sakral perhelatan Upacara Tawur Agung Kesanga pada Jumat (28/3/2025).

Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, bersama jajaran pemerintahan dan tokoh adat, memimpin ritual penyucian alam semesta ini sebagai bagian dari rangkaian Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1947 yang digelar serentak di seluruh Bali.

Upacara Tawur Agung Kesanga, yang secara rutin digelar di titik pertemuan empat jalan utama Kota Tabanan (Catus Pata), memiliki makna mendalam.

"Tujuan ritual ini adalah Nyomia Bhuta Kala, menetralisir energi negatif, dan menyucikan alam semesta beserta isinya, sesuai dengan konsep Tri Hita Karana," ujar Bupati Sanjaya, menegaskan pentingnya harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.

Dihadiri oleh Anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Sekretaris Daerah, Kepala Perangkat Daerah, serta para tokoh adat se-Tabanan, upacara ini menjadi simbol persatuan dan keselarasan.

"Sebelum memasuki Catur Brata Penyepian, ritual ini menjadi awal penyucian yang sangat penting bagi kita semua," lanjut Sanjaya.

Bupati Sanjaya mengajak seluruh masyarakat Tabanan untuk menjalankan Catur Brata Penyepian dengan khidmat.

"Nyepi adalah momen penting untuk introspeksi diri dan peningkatan spiritualitas," tuturnya, mengingatkan bahwa Nyepi merupakan wujud keheningan dan kedamaian yang berlandaskan Tri Hita Karana.

Dalam kesempatan itu, Sanjaya juga berpesan agar perayaan Nyepi, termasuk pengarakan ogoh-ogoh, berlangsung kondusif dan damai.

"Hindari euforia berlebihan, jaga kedamaian agar Nyepi dapat kita laksanakan dengan khidmat," pesannya.

Upacara Tawur Agung Kesanga ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman dan pelestarian tradisi leluhur, serta menjadikan Nyepi sebagai momentum membangun kedamaian dan keseimbangan hidup. (adi/suteja)


Baca juga: NUSA DUA CIRCLE, Mega Proyek ‘Gagal’. Benarkah Perusahaan dan Orang-Orang yang Terlibat Didalamnya Juga Bermasalah? (BAG: 1)