Search

Home / Kolom / Editorial

Nyepi: Refleksi di Balik Sampah

Editor   |    30 Maret 2025    |   22:32:00 WITA

Nyepi: Refleksi di Balik Sampah
Tenaga Kebersihan DLHK Kota Denpasar saat bertugas usai Pengarakan Ogoh-ogoh Malam Pangerupukan menjelasn Nyepi Caka 1947 di Kota Denpasar, Sabtu (28/3/2025) dini hari. (foto/fathur)

SUBUH yang sunyi, pasca riuh rendah malam pengerupukan, menyimpan cerita tentang pengabdian senyap. Di saat kita, warga Denpasar, terlelap setelah larut dalam euforia pawai ogoh-ogoh, para pahlawan kebersihan kota mulai menjalankan tugas mulianya. Mereka, dengan sapu lidi dan truk pengangkut sampah, adalah penjaga kesucian Nyepi yang sesungguhnya.

Kisah mereka, yang tergambar dalam lelah di wajah dan serak suara Kepala DLHK Kota Denpasar, Ida Bagus Putra Wirabawa, adalah potret humanisme di tengah perayaan budaya. Delapan puluh hingga seratus ton sampah, sisa-sisa perayaan yang menggunung, mereka angkut dengan penuh dedikasi. Mereka bukan sekadar membersihkan jalanan, tetapi membersihkan noda-noda kecil ketidakpedulian kita.

Ada ironi dalam perayaan ini. Di satu sisi, kita menyaksikan ogoh-ogoh raksasa yang megah, karya seni yang sarat makna. Di sisi lain, kita meninggalkan tumpukan sampah, sisa-sisa perayaan yang mencemari lingkungan. Kita merayakan kemenangan melawan kejahatan dalam mitologi, tetapi seringkali gagal melawan egoisme diri sendiri.

Imbauan Gustra, panggilan akrab Kepala DLHK, tentang pemilahan sampah dan pembuangan sesuai jadwal, adalah cermin dari harapan kecil seorang pekerja keras. Ia mengingatkan kita, bahwa menjaga kebersihan bukan hanya tugas petugas kebersihan, tetapi tanggung jawab bersama.

Peraturan Walikota Denpasar Nomor 11 Tahun 2016, tentang pengelolaan sampah berbasis lingkungan, adalah aturan yang sering kita abaikan. Padahal, di balik aturan itu, tersembunyi pesan sederhana: cinta pada lingkungan adalah bagian dari cinta pada budaya.

Nyepi, dengan segala kesuciannya, seharusnya menjadi momentum refleksi. Bukan hanya refleksi spiritual, tetapi juga refleksi sosial. Kita perlu belajar dari para petugas kebersihan, yang tanpa pamrih menjaga kebersihan kota. Mereka, dengan kesederhanaannya, adalah teladan tentang pengabdian dan tanggung jawab.

Mari kita jadikan Nyepi tahun ini sebagai titik balik. Mari kita buktikan, bahwa kita tidak hanya pandai merayakan budaya, tetapi juga pandai menjaga kebersihan. Bahwa kita tidak hanya pandai membuat ogoh-ogoh yang megah, tetapi juga pandai mengelola sampah dengan bijak. Karena, di balik gemerlap ogoh-ogoh, tersembunyi kisah tentang kita, tentang sejauh mana kita menghargai lingkungan dan sesama. (*)


Baca juga: Sasar Turis Berkualitas