Search

Home / Sorot / Ekonomi

Ketika Kuta Merenda Senja, Canggu Merajut Fajar

Editor   |    29 Maret 2025    |   01:22:00 WITA

Ketika Kuta Merenda Senja, Canggu Merajut Fajar
Ilustrasi suasana Kuta saat masih menjadi primadona pariwisata Bali. (podiumnews)

DULU, Kuta adalah jantungnya Bali. Setiap senja, langitnya berpendar jingga, memantulkan cahaya pada ribuan wajah wisatawan yang bersorak gembira. Aroma jagung bakar dan desiran ombak menemani langkah kaki yang tak sabar menanti malam tiba. Jalan Legian berdenyut, musik berdentum, dan tawa menggema hingga dini hari. Kuta adalah pesta, adalah euforia, adalah kenangan yang terukir dalam setiap jengkal pasirnya.

Namun, waktu terus bergulir. Ada cerita baru yang mulai ditulis, dan kali ini, Canggu memegang pena. Perlahan, bisik-bisik tentang ombak yang menantang, kafe-kafe hipster yang nyaman, dan senja yang romantis mulai mengalun di telinga para pelancong. Mereka yang dahaga akan pengalaman autentik dan suasana yang lebih santai, menemukan pelabuhan baru di pesisir utara Kuta.

Canggu, dengan sawah hijau yang membentang luas dan ombak yang menggoda, menawarkan harmoni yang berbeda. Di sana, yoga pagi bertemu dengan surfing sore, smoothie bowl bersanding dengan hidangan lokal, dan dentuman musik elektronik berpadu dengan suara deburan ombak. Wisatawan muda, digital nomad, dan para pencari ketenangan menemukan ruang mereka di sini.

"Kuta sudah terlalu ramai," gumam seorang backpacker dari Australia, sambil menyesap kopi di sebuah kafe di Canggu. "Di sini, aku bisa merasakan Bali yang sebenarnya. Suasananya lebih santai, orang-orangnya ramah, dan aku bisa berselancar setiap hari."

Kalimat itu mungkin mewakili perasaan banyak wisatawan lainnya. Mereka yang mencari pengalaman yang lebih dari sekadar pesta dan hingar bingar, menemukan oasis di Canggu. Mereka mencari koneksi dengan alam, budaya lokal, dan komunitas yang beragam.

Tentu, Kuta tidak serta merta kehilangan pesonanya. Cahaya senjanya masih memikat, tawanya masih menggema. Namun, kini, ia berbagi panggung dengan bintang baru yang sedang bersinar terang. Canggu, dengan segala pesona dan keunikannya, telah merebut hati para pelancong, menulis babak baru dalam kisah pariwisata Bali.

Ini bukan tentang persaingan, melainkan tentang evolusi. Tentang bagaimana selera dan preferensi wisatawan berubah seiring waktu. Tentang bagaimana Bali, dengan segala kekayaan dan keindahannya, terus beradaptasi dan menawarkan pengalaman yang tak terlupakan. Kuta dan Canggu, dua wajah Bali yang berbeda, namun sama-sama memikat, sama-sama meninggalkan jejak di hati para pelancong.

(isu/suteja)


Baca juga: Penyebaran Turis Jangan Terpusat di Bali Selatan