Search

Home / Kolom / Editorial

Pariwisata Bali: Pelajaran dari Kuta, Canggu

Editor   |    29 Maret 2025    |   02:30:00 WITA

Pariwisata Bali: Pelajaran dari Kuta, Canggu
Ilustrasi kemacetan di kawasan Canggu. (podiumnews)

IRONI di Bali Selatan, di mana Kuta meredup dalam sunyi dan Canggu bersinar dalam gemerlap yang menyesakkan, adalah cermin buram dari pariwisata yang gagal merencanakan masa depannya. Kita menyaksikan bagaimana sebuah legenda, Kuta, perlahan kehilangan jiwanya, toko-tokonya layu seperti rumah hantu, menyimpan kenangan kejayaan yang tak lagi relevan.

Di sisi lain, Canggu, si anak emas baru, tumbuh tanpa kendali. Pembangunan yang membabi buta mengubah lanskap desa pesisir ini menjadi hutan beton, menggerogoti lahan hijau dan menciptakan masalah klasik: kemacetan, kesemrawutan, dan ketimpangan ekonomi. Masyarakat lokal, yang seharusnya menjadi tuan rumah pariwisata, justru terpinggirkan, lahan mereka direbut, dan identitas budaya mereka terancam.

Kisah dua pesisir ini bukan sekadar tentang pergeseran tren wisata. Ini adalah peringatan keras bagi Bali, dan mungkin bagi kita semua. Pariwisata, yang seharusnya menjadi berkat, bisa berubah menjadi kutukan jika tidak dikelola dengan bijak. Pembangunan tanpa visi, tanpa perencanaan yang matang, hanya akan menciptakan kesenjangan, kerusakan lingkungan, dan konflik sosial.

Kita harus belajar dari kesalahan Kuta, jangan biarkan Canggu bernasib serupa. Pariwisata yang berkelanjutan adalah pariwisata yang menghormati alam, budaya, dan masyarakat lokal. Pariwisata yang memberikan manfaat yang adil bagi semua, bukan hanya bagi segelintir investor dan pengusaha.

Bali, Pulau Dewata yang kita cintai, harus segera berbenah. Tata ruang kota harus ditata kembali, aturan-aturan ditegakkan, dan suara masyarakat lokal didengar. Jangan biarkan mimpi-mimpi indah tentang surga pariwisata berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui masa depan kita. (*)


Baca juga: Sasar Turis Berkualitas