KATA ngrombo mulai akrab dalam pemberitaan media lokal di Bali. Maknanya sederhana yaitu semangat gotong-royong mengatasi berbagai masalah bersama yang melingkupi daerah Bali. Istilah ngrombo ini kali pertama dipopulerkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Bali SM Mahendra Jaya yang belum genap dua bulan menjabat sebagai Orang Nomor Satu di Bali. Ia selalu menggunakan istilah ngrombo untuk segala program prioritas yang mesti dijalankan terutama permasalahan yang memerlukan keterlibatan atau partisipasi berbagai pihak maupun masyarakat. Mulai dari masalah kemiskinan ekstrem, stunting hingga problem pelik sampah. Selain itu, ia juga selalu menyelipkan kalimat pemerintah tak bisa bekerja sendiri menyelesaikan berbagai permasalah yang terjadi saat ini. Butuh keterlibatan semua pihak secara sinergis antarkompenan masyarakat bersama pemerintah daerah mengatasi berbagai masalah utama yang sedang dihadapi. Disimak lebih dekat, ada nada ajakan pada semua pihak terlibat di dalamnya karena berbagai masalah itu bukan hanya masalah pemerintah saja. Tak hanya itu, ada nada kerendahan hati untuk memposisikan diri sebagai seorang pemimpin terlebih pada era demokrasi modern saat ini. Perlu diingat, gaya komunikasi seorang pemimpin terutama tingkat daerah akan sangat menentukan nantinya terhadap seberapa berhasil program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat akan dapat diterima, bahkan terutama sekali untuk dilaksanakan masyarakat secara sepenuh hati. Di sinilah, seorang pemimpin butuh kepekaan dan empati untuk dapat mendekatkan diri dengan masyarakat mereka melalui model dan gaya komunikasi yang tepat dan humanis. Karena sistem pemerintahan demokrasi sangat ditentukan oleh partisipasi juga kesadaran dari masyarakatnya. Sesuai slogannya demokrasi itu sendiri yaitu dari, oleh dan untuk rakyat. Selanjutnya, pilihan kata atau diksi ngrombo yang sudah akrab dengan masyarakat lokal dan pula telah menjadi nilai kearifan lokal yang dilakoni pada keseharian mereka, sudahlah tepat. Karena akan mudah dipahami serta diterima oleh masyarakat sebagi audiens penerima pesan komunikasi dari si pemimpin yang menyampaikan pesan tersebut. Kemudian pola kebersaman atau nilai kearifan semangat gotong-royong telah berabad-abad terbukti mampu berhasil menjadi panduan maupun pegangan dalam menjawab segala tantangan sebuah masyarakat di Nusantara. Sehingga nilai ini sangat mendasar pada Pancasila, dan jika diperas akan menjadi nilai Ekasila, yakni gotong-royong. Hemat kata, saatnya kita ngrombo sesuai potensi dan peran masing-masing untuk turut serta menjadi bagian atau berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan yang tengah terjadi di masyarakat. (*)
Baca juga:
Sasar Turis Berkualitas