Kuta Tenggelam, Canggu Rajai Bali: Benarkah Kuta Sudah Kedaluwarsa?
PODIUMNEWS.com – Pantai Kuta, ikon pariwisata yang pernah menjadi ‘gerbang’ Bali, kini menghadapi tantangan terbesar. Narasi Kuta yang sepi dan kalah pamor dari Canggu bukan lagi rumor media sosial, melainkan fakta yang didukung pergeseran selera wisatawan. Namun, Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Badung tidak tinggal diam. Respons terhadap isu ini adalah comeback besar-besaran melalui proyek revitalisasi infrastruktur dan penataan tata kelola senilai ratusan miliar.
Istilah `Kuta Sepi` telah menjadi label negatif yang dilekatkan Gen Z, kontras dengan vibes Canggu yang aesthetic dan hype. Turis kini mencari ketenangan dan vibe digital nomad, menjauhi Kuta yang dicap `tua`, padat, dan sering bermasalah dengan sampah kiriman saat musim hujan. Makna `sepi` di sini sederhana: Kuta kehilangan audiens berkelas tinggi yang kini pindah ke utara (Canggu/Ubud).
Tiga Fokus Utama Comeback Kuta
Pemerintah setempat melihat masalah ini bukan hanya sekadar soal marketing, melainkan fundamental: infrastruktur yang tergerus abrasi dan kebersihan yang tidak terjaga. Berikut adalah langkah-langkah strategis yang sedang dikebut:
Perang Melawan Abrasi: Proyek Ratusan Miliar
Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida tengah menggarap proyek konservasi besar-besaran dari Kuta hingga Seminyak. Proyek ini menganggarkan dana sekitar Rp 249 Miliar hingga Rp 260 Miliar untuk mencegah Pantai Kuta "hilang" akibat abrasi parah. Pengerjaan difokuskan pada pembangunan empat hingga lima breakwater (pemecah ombak) dan diikuti dengan pengisian pasir sepanjang 5 kilometer untuk melebarkan kembali bibir pantai yang menyusut. Proyek ini ditargetkan rampung pada akhir tahun 2026.
Kesiapsiagaan Sampah & Lingkungan
Menjelang musim hujan, Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Badung gencar memimpin apel kesiapsiagaan penanganan sampah di Pantai Kuta. Upaya ini dilakukan untuk mencegah terulang kembali viral negatif di media sosial akibat tumpukan sampah kiriman yang sering mencapai puluhan ton dalam sehari. Peningkatan sinergi dengan Desa Adat Kuta, TNI/Polri, dan komunitas terus didorong untuk memastikan pengelolaan kebersihan berjalan setiap saat, bukan hanya saat ada event.
Penataan Wajah Kuta (Beautifikasi)
Selain penanganan abrasi, Pemkab Badung merencanakan proyek pelebaran trotoar (pedestrian) di Jalan Pantai Kuta (seperti dari Hard Rock hingga Pullman Legian) dengan lebar 4-5 meter. Perwajahan jalan ini akan ditingkatkan kualitasnya untuk kenyamanan pejalan kaki. Pemerintah memastikan bahwa upaya penataan dan konservasi pantai akan tetap mempertahankan kualitas ombak yang menjadi daya tarik utama peselancar dunia di Kuta.
Pertaruhan Citra Pariwisata
Respons cepat ini menunjukkan bahwa Pemerintah Bali menyadari bahwa Kuta adalah `wajah Bali` (seperti yang ditegaskan Bupati Badung). Jika Kuta kehilangan pesonanya, dampaknya terasa ke seluruh sektor pariwisata. Penataan ini bukan hanya soal batu dan pasir, melainkan pertaruhan citra.
Catatan Redaksi
Proyek re-vitalisasi Kuta adalah langkah nyata yang patut diapresiasi, terutama dalam mengatasi masalah krusial seperti abrasi dan sampah. Namun, comeback Kuta tidak akan berhasil tanpa melibatkan perubahan budaya lokal, seperti menghilangkan hustling dan meningkatkan kualitas pelayanan. Wisatawan tahun 2025 mencari pengalaman, bukan hanya pemandangan pantai yang bersih. Jika masalah sosial tidak dibenahi, Kuta akan tetap sepi, meski bibir pantainya sudah diperlebar ratusan meter.
(sukadana)