Terapkan Prokes Ketat, SMA PGRI 2 Denpasar Siap Sambut Kenormalan Baru
DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Kendatipun angka pertambahan positif semakin menurun dan angka kesembuhan meningkat drastis, namun kebijakan membuka kembali sekolah belum juga dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan. Siswa masih belajar dari rumah dengan sistem dalam jaringan (daring). Beberapa orangtua pun mengeluh. Pasalnya, mereka yang bukan berlatar belakang pendidik kesulitan dalam mendidik anak-anaknya.
Sementara untuk di sekolah sendiri, para kepala sekolah telah mempersiapkan diri untuk menyambut kenormalan baru dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Mulai dari pengukuran suhu tubuh, menyediakan tempat cuci tangan, wajib memakai masker, hingga mengatur jarak fisik dengan membagi siswa lima puluh persen mengikuti pelajaran tatap muka, dan sisanya melakukan pelajaran jarak jauh.
Seperti halnya di SMA PGRI 2 Denpasar. Sejak delapan bulan lalu, tepatnya pada bulan Maret saat kasus pertama ditemukan, telah membuat kebijakan bahwa siswa/siswi telah memulai belajar di rumah dengan sistem dalam jaringan (online). Namun dengan adanya adaptasi kebiasaan baru, Kepala SMA PGRI 2 Denpasar Komang Artha Saputra telah menyiapkan sarana dan prasarana protokol kesehatan. Seperti menyediakan wastafel yang tersebar di beberapa titik, hingga melakukan sterilisasi dengan penyemprotkan desinfektan seminggu sekali.
“Menyambut adaptasi kenormalan baru, kami telah membentuk Satgas Covid-19 yang diketuai Waka Kesiswaan, yang bertugas setiap hari, tentunya sesuai dengan protokol kesehatan. Yang pertama adalah cek suhu baik kepada siswa, guru ataupun tamu yang datang, yang kedua memperingatkan cuci tangan dengan sabun di air mengalir, dan yang ketiga adalah memakai masker. Dan jika tidak memakai masker tentu tidak diperkenankan masuk sekolah. Selain itu, kami juga ada pendampingan dari Puskesmas,” kata Waka Kesiswaan Ketut Mader didampingi Wakasek Humas AA Ayu Seriati, Selasa (10/11).
Lanjut dia, setiap minggu dari desa juga datang ke sekolah ini untuk melakukan penyuluhan. “Jadi hingga hari ini siswa belum masuk. Namun karena ada pelantikan OSIS, sehingga hanya mereka yang dilantik saja yang masuk hari ini (kemarin-red). Jadi jika ada kegiatan tertentu baru kami mendatangkan siswa. Dan itupun jumlahnya kami batasi, serta harus seizin orangtua,” imbuh Mader.
Sementara untuk meringankan beban orantua siswa dalam pembelajaran daring ini, lanjut dia, selain bantuan dari pemerintah, pihak sekolah juga menurunkan bantuan pembelian kuota data. Pihaknya pun tak menampik bahwa di internet sendiri sangat banyak pengetahuan yang bisa didapatkan. Namun, tanpa pendampingan maka karakter dari anak itu sendiri menjadi kurang.
“Itu yang memang kurang dan kami rasakan sendiri. Tetapi, kami menyiasati itu dengan melakukan pertemuan virtual melalui aplikasi google meet. Nah disitu kami melakukan komunikasi dengan anak terkait bagaimana pembelajarannya, keadaan, hingga kesehatannya. Jadi setiap mata pelajaran (maple) pasti ada pertemuan virtual,” beber Agung Seriati.
Pihaknya pun telah meminta para orang tua untuk melakukan pendampingan dalam proses pejaran jarak jauh ini. “Syukurnya sampai saat ini, siswa kami telah mengikuti pejaran jarak jauh secara online dengan baik. Artinya mereka masih mengikuti arahan guru dari sekolahnya,” tandasnya seraya mengatakan, total jumlah siswa dari kelas X, XI, dan XII sebanyak 623 siswa.
Sedangkan untuk siswa baru, jumlahnya hanya 165 siswa. Menurun dari tahun sebelumnya akibat pembukaan gelombang ketiga dan anak-anak diterima di sekolah negeri. “Awalnya 300an anak yang mendaftar. Namun begitu dibuka di negeri, siswa kami menjadi berkurang,” pungkasnya. (BAS/PDN)