Search

Home / Khas /

Gastrodiplomasi, Strategi Promosi Budaya Kuliner Indonesia ke Luar Negeri

   |    24 November 2021    |   21:18:57 WITA

Gastrodiplomasi, Strategi Promosi Budaya Kuliner Indonesia ke Luar Negeri
Pamflet Seminar Nasional “Menyambut Peluncuran Rencana Aksi Kuliner Indonesia Spice up the World“, secara daring pada Selasa (23/11). (Foto: doc.brin/Istimewa)

JAKARTA, PODIUMNEWS.com – Menjalankan strategi diplomasi melalui makanan dipandang penting terutama untuk sarana meningkatkan brand awarness bangsa. Memahami gastronomi merupakan salah satu cara yang tepat untuk mempromosikan makanan melalui kuliner Indonesia ke luar negeri. “

Sehingga melalui gastrodiplomasi dimungkinkan gastronomi menjadi sesuatu yang penting dalam kaitannya ekspansi kuliner Indonesia kepada dunia,” tutur Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora BRIN, Ahmad Najib Burhani, dalam Seminar Nasional “Menyambut Peluncuran Rencana Aksi Kuliner Indonesia Spice up the World“, secara daring pada Selasa (23/11).

Sebagai lembaga penelitian, BRIN memiliki tanggungjawab selain mempromosikan tentang makanan juga menggali pengetahuan mendetail mengenai makanan sebagai objek dan subjek dari kajian akademik.

“Ada upaya mempromosikan dalam konteks bagaimana memperbanyak pengetahuan dunia tentang makanan Indonesia dengan cara yang berbeda seperti Festival kuliner, tetapi kita juga memiliki misi untuk mengkaji secara akademik,” jelas Najib.

“Mempromosikan kuliner dan budaya Indonesia menjadi sesuatu yang baik dalam kaitannya dengan diplomasi dan dunia akademik,” tambahnya.

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Sartin Hia, menekankan bahwa pengembangan restoran Indonesia di luar negeri merupakan salah satu strategi gastronomi Indonesia.

“Restoran Indonesia sebagai etalase kuliner Indonesia di Mancanegara yang manfaatnya dapat mempromosikan Indonesia juga berdampak di sisi industri pariwisata,” terang Sartin.

Menurut Sartin,prospek restoran Indonesia di luar negeri melalui program ‘Indonesia Spice Up the World’ adalah mendorong kuliner Indonesia hadir di mancanegara dan memberi nilai tambah bagi Indonesia.

”Hadirnya 4.000 restoran Indonesia di Luar negeri merupakan target dari ‘Indonesia Spice Up the World’ hingga 2024,” ungkapnya.

Tentunya ada beberapa strategi yang akan dilakukan untuk mengembangkan restoran Indonesia di luar negeri, yaitu: perluasan pasar bumbu dan rempah melalui supermarket/retail di negara-negara tujuan ekspor, dan promosi produk/resto melalui perwakilan Indonesia di luar negeri.

Kepala Pusat Riset Kewilayahan BRIN, Fadjar I. Thufail, menyatakan bahwa tugas utama dari BRIN dalam menyambut rencana aksi kuliner nasional ‘Indonesia Spice Up the World’ sebagai program gastrodiplomasi yang dicanangkan pemerintah Indonesia, yaitu melakukan studi sosial dengan mengangkat dari sisi sumber daya manusia sebagai pembuat menu masakan, menjual dan mempromosikan.

“Inilah, bagian penting untuk memahami kultur dan konteks sosial dalam historis dari sebuah jenis kuliner, juga keragaman manusia yang ada di belakangnya” ungkap Fadjar.

Oleh karena itu, penelitian yang sifatnya lebih mengarah kepada usaha untuk memahami persoalan manusia yang terlibat di dalam kegiatan produksi dan pemasaran kuliner ini adalah salah satu hal yang perlu digaris bawahi.

“Ada beragam kolaborator yang ada dalam produksi dan pemasaran kuliner, dan juga harus dilihat sebagai stakeholder yang penting dalam gastrodiplomasi Indonesia,” lanjutnya.

Peneliti Pusat Riset Kewilayahan BRIN, Prima Nurahmi Mulyasari, menyebutkan beragam kolaborator dimaksud adalah kolaborasi penta helix dalam program ‘Indonesia Spice Up the World’ (ISUTW) dengan pihak: Pemerintah; Pelaku usaha; Kominitas/Asosiasi; Akademisi; Media.

“Kolaborasi dalam kerangka penta helix ini menjadi penting dengan melibatkan semua elemen baik pemerintah maupun nonpemerintah,” sebut Prima. Adapun, program ISUTW adalah strategi gastrodiplomasi Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan gastronomi Indonesia ke mancanegara.

Lebih lanjut disampaikan Prima, selaku ketua tim penelitian gastrodiplomasi di Australia, menjelaskan penelitian di luar negeri dilaksanakan dengan dua survei daring pada September-Oktober 2021 dengan responden mahasiswa Indonesia di Australia dan pelaku bisnis kuliner Indonesia di Australia.

“Berdasarkan hasil survei, rempah-rempah menjadi kunci bagi kekhasan makanan Indonesia. Tercatat, 62,5% pelaku bisnis diaspora Indonesia menyatakan harapannya kepada Pemerintah Australia adalah kemudahan impor bumbu rempah dari Indonesia,” ungkapnya. Prima merinci, ekspor produk rempah Indonesia terbesar ke Australia adalah kayu manis, cengkih, pala, dan lada,

Menurut Prima, ada beberapa catatan keunggulan memperkuat strategi gastrodiplomasi di Australia, yaitu: Masakan Indonesia cukup populer bagi warga Australia yang tujuan wisatanya ke Indonesia, diaspora Indonesia cukup aktif mempromosikan kuliner, serta kerja sama yang memberlakukan tarif nol persen untuk berbagai produk Indonesia. (COK/RIS/PDN)


Baca juga: Pengamalan dan Perwujudan Nilai-nilai Pancasila di Bidang Ekonomi