Search

Home / Aktual / Gaya Hidup

Ini Pendapat Pakar Soal Citayam Fashion Week

   |    30 Juli 2022    |   19:56:00 WITA

Ini Pendapat Pakar Soal Citayam Fashion Week
Pakar Kajian Budaya Universitas Airlangga, Pujo Sakti Nur Cahyo SHum MHum (foto/ist)

SURABAYA, PODIUMNEWS.com – Beberapa pekan terakhir ini publik disuguhkan dengan kehebohan fenomena berkumpulnya anak muda yang sedang memamerkan gaya berpakaian layaknya catwalk di sekitar Citayam atau biasa disebut Citayam Fashion Week. Fenomena tersebut kini marak diperbincangkan di sosial media dan menuai beragam respon masyarakat, baik pro maupun kontra.

Menanggapi hal tersebut, Pakar Kajian Budaya sekaligus Dosen Departemen Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga (Unair) Pujo Sakti Nur Cahyo SHum MHum mengungkapkan bahwa fenomena Citayam fashion Week merupakan bentuk artikulasi kultural dari orang-orang yang turut serta di kegiatan tersebut. Terlepas mereka berasal dari Citayam atau di daerah lain yang berkunjung ke sana untuk mengikuti gerakan tersebut.

“Harus diakui bahwa dalam perspektif kebudayaan, cara kita berpakaian merupakan artikulasi dari identitas kita. sehingga siapa kita, dapat diekspresikan melalui cara berpakaian, baik itu (nantinya, red) merujuk pada kelas sosial, background pendidikan, ataupun tingkat kesejahteraan,” ujarnya.

Citayam Fashion Week adalah bentuk ekspresi dan eksistensi anak muda di tengah hiruk pikuk ibukota yang senantiasa dinamis. Yang mana fashion taste dan tren begitu cepat berputar. Sebab, fashion merupakan entitas yang terus bergerak dinamis dan suatu saat akan berubah serta mengalami perubahan.

“Semua fashion pasti akan mengalami yang namanya sirkulasi. Baik nanti sezaman di tempat berbeda atau mungkin dimodifikasi. Tahun 80-an pernah populer gaya anak muda pakaian warna-warni yang juga pernah populer di era 2000-an,” ujarnya.

Fashion Citayam
Menurut Pujo, kemunculan gerakan itu terjadi tanpa adanya desain besar (gerakan). Dimulai ketika anak muda pinggiran Jakarta yang ingin bermain dengan menaiki transportasi kereta dan menemukan tempat yang menarik dan mulai melakukan kegiatan di situ bersama teman-temannya. Dari kegiatan itu, muncul konten kreator bergerilya mencari bahan konten yang menarik untuk membahas anak muda di situ.

“Di situlah mereka (anak muda citayam, red) diwawancara oleh konten kreator. Awalnya mungkin, saya yakin hanya untuk lucu-lucuan atau seru-seruan saja, dan mereka tidak akan berpikir akan jadi (seviral) ini,” imbuhnya.

Salah satu hal yang krusial dari meledaknya fenomena Citayam adalah keviralan yang disebabkan oleh adanya sosial media. Sebab, anak-anak muda yang mengikuti gerakan ini adalah generasi yang melek teknologi, sehingga memicu banyak follower mereka untuk mengikuti gerakan tersebut.

Di sisi lain, kemunculan gerakan tersebut terjadi akibat adanya dua faktor lain, yakni ruang publik dan transportasi. Terkait dengan ruang publik, ungkap Pujo, ada kemungkinan anak muda di sana tidak mempunyai atau tidak banyak tersedia ruang publik yang dapat mengekspresikan diri sesuai dengan ekspektasi mereka. Selain itu, pengaruh akses yang mudah dan murah seperti kereta api penting.

Terkait dengan kemungkinan Fashion Citayam akan menjadi mode pakaian baru. Menurut Pujo, terlalu dini untuk melihat hal itu. Sebab, gerakan tersebut tidak didasarkan pada konsep fashion tertentu yang tunggal. Ada banyak referensi yang masuk ke dalam Citayam fashion Week itu sendiri.

“Kalau menjadi mode tren fashion 2022, saya pikir dalam komunitas tertentu, Iya. Tetapi untuk konteks masyarakat yang lebih besar, saya kira tidak,” ujarnya. (dev/sut)

 

 


Baca juga: Warga Demak Bisa Tukar Botol Plastik dengan Bibit Tanaman