Kenali Post Trauma pada Korban Kanjuruhan
PERISTIWA Tragedi Kanjuruhan yang terjadi usai pertandingan sepak bola Arema FC melawan Persebaya pada Sabtu (1/10) dengan merenggut ratusan korban jiwa telah meninggalkan duka mendalam.
Banyak yang kehilangan orang tercinta mereka dan mengalami Post Trauma Stress Disorder (PTSD).
Pakar Psikologi Universitas Airlangga Atika Dian Ariana SPsi MSc mengatakan bahwa tidak semua orang korban berada di lokasi kejadian mengalami PTSD. Meskipun korban melihat kejadian tersebut secara langsung hingga kehilangan orang terdekatnya.
Menurutnya, PTSD merupakan gangguan stress pasca trauma akan situasi yang menegangkan, menakutkan dan adanya ancaman. PTSD dapat terjadi jika korban mengalami gejala yang menetap dan semakin parah pasca peristiwa itu terjadi.
“Pada fase satu bulan memasuki fase gangguan stress akut. Kemudian fase 2-3 bulan memasuki gangguan penyesuaian, dan memasuki fase enam bulan jika gejala yang dialami semakin parah. Baru dilakukan asesmen untuk dapat dikatakan Post Trauma Stress Disorder (PTSD),” jelas Atika pada Jumat (14/10) di Surabaya.
Hal yang dirasakan mereka yang mengalami PTSD, yaitu menilai kapasitas dirinya tidak sepadan dengan situasi yang dihadapi dan cenderung merasa tidak mampu menangani tekanan dialami
Bahkan kondisi seseorang yang mengalami PTSD juga akan mudah terganggu dengan hal-hal kecil tidak berkaitan dengan peristiwa traumatis pernah ia alami.
“Contohnya, korban yang berada di Stadion Kanjuruhan melihat rerumputan hijau dan apabila korban tersebut mengalami PTSD bertemu rerumputan hijau di taman akan menimbulkan trigger,” imbuhnya.
Perubahan emosi juga dialami oleh orang yang mengalami PTSD cenderung murung,menarik diri dari lingkungan sekitar, dan numbness. Jika hal tersebut dialami, maka orang tersebut membutuhkan psikofarmakologi atau penanganan secara medis.
Peran orang sekitar, lanjutnya, sangat diperlukan untuk mencegah PTSD semakin parah dengan mendampingi, menjadi pendengar yang baik, dan disarankan untuk berolahraga. “Survivor yang ingin cepat pulih dapat melakukan coping mechanism dan jangan merasa sendiri serta it’s okay to asking help,” tutupnya. (devf/sut)