BADUNG, PODIUMNEWS.com - Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat gelar Seminar Nasional Penguatan Moderasi Beragama di Hotel Aston, Badung-Bali, Sabtu (19/11). Dalam sambutannya, Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya menyampaikan melalui penguatan moderasi beragama, umat Hindu diharap dapat menjadi teladan dan role model sikap moderat dalam beragama. “Individu-individu umat Hindu harus menjadi ambassador, duta, suri tauladan, role model sikap moderat dalam beragama. Bukan hanya untuk mendukung program pemerintah, tapi karena memang demikianlah ajaran Weda yang kita yakini,” kata Wisnu Tenaya Sementara itu, Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama (Dirjen Bimas Hindu Kemenag) I Nengah Duija berpesan dengan mengambil tema Penguatan Moderasi, Merawat Toleransi Antar dan Intern Umat Beragama, diharapkan umat Hindu dapat saling menghormati dan menghargai. “Sebagai umat yang beradab, sudah sepatutnya kita untuk saling menghormati satu sama lain. Jangan ada saling meniadakan hanya untuk kepuasaan ego,” tegas Nengah Duija sekaligus sebagai keynote speaker. Seminar moderasi beragama ini juga menghadirkan dua narasumber lain, yakni Ida Pandita Mpu Jaya Reka Daksa Brahmananda dan Tri Handoko Seto. Diharapkan melalui seminar ini, umat Hindu mampu mewujudkan empat indikator moderasi beragama. Yaitu toleransi, anti kekerasan, penerimaan terhadap tradisi, dan komitmen kebangsaan. “Dalam menjalankan toleransi beragama, hidup haruslah seperti tiuk (pisau) dan sangihan (asahan). Setajam-tajamnya pisau harus tetap diasah, yang artinya setajam-tajamnya ilmu pengetahuan harus terus belajar agar ilmu pengetahuan yang dimiliki semakin tajam,” jelas Ida Pandita Mpu Jaya Reka Daksa Brahmananda. Sejalan dengan pandangan Dirjen Bimas Hindu dan Ida Pandita Mpu Jaya Reka Daksa Brahmananda, Tri Handoko Seto menyampaikan pesan yang membangun semangat dalam menjalankan dharma agama dan dharma negara. “Jangan pernah merasa ada di persimpangan jalan antara beragama dan berindonesia. Karena beragama dan berindonesia sesungguhnya satu tarikan nafas dan satu hentakan langkah,” kata Tri Handoko Seto. Kegiatan yang dihadiri 200 peserta luring dan 150 peserta daring diharapkan dapat menjadikan diri sendiri, melalui pikir, ucap dan laku, sebagai etalase untuk menampilkan ajaran Hindu yang indah. (dev/sut)