Podiumnews.com / Aktual / Advertorial

Joged Tradisi di PKB Hadir Tanpa Adegan 'Ngebor'

Oleh Editor • 28 Juni 2023 • 08:03:00 WITA

Joged Tradisi di PKB Hadir Tanpa Adegan 'Ngebor'
Penampilan penari Sanggar Seni Sudamala, Badung pada pertunjukan Joget Tradisi yang berlangsung di Kalangan Madya Mandala, Taman Budaya Denpasar, Senin (26/6/2023). (diskominfo badung)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com – Ada sesuatu yang berbeda pada pertunjukan joget bumbung pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV. Kali ini joget tradisi Bali itu tampil jauh dari kesan porno dengan adegan ‘ngebor’.

Sebagaimana terlihat pada pertunjukan Joget Tradisi yang berlangsung di Kalangan Madya Mandala, Taman Budaya Denpasar, Senin (26/6/2023). Para seniman tari yang tampil mempersembahkan pertunjukan joget yang sesuai pakem asli atau sesuai tradisi.

Pada pertunjukan yang dipadati penonton itu, penampilan Sanggar Seni Sudamala, Banjar Sukajati, Desa Taman, Abiansemal, Badung terlihat paling menonjol mampu menarik perhatian mereka yang hadir di sana.

Duta kesenian Badung itu tampil mempesona dengan tarian joget yang terkesan romantis nan elegan yang jauh dari kesan erotis.   

Ketua Sanggar Seni Sudamala, Badung, I Gusti Ngurah Gede Oka Wiratmaja mengatakan meski tanpa gerakan `ngebor` yang terkenal, tarian muda-mudi ini tetap mampu menghibur dan menarik antusias ratusan penonton sore itu.

Khusus untuk Duta Kabupaten Badung menampilkan Tabuh Joged Kembang Rampe yang mengiringi penampilan empat penari joged. Ada cerita yang dihadirkan oleh pasangan pregina dan pengibing di atas panggung, sejalan dengan tema PKB tahun ini, yaitu "Segara Kerthi Prabhaneka Sandhi Samudra Cipta Peradaban".

Ceritanya mengkisahkan tentang pengibing yang jatuh hati pada penari joged. Dia melakukan berbagai rayuan untuk menaklukkan hati sang penari, tetapi tetap ditolak. Karena cintanya tidak terbalas, pengibing merasa frustrasi dan ingin mengakhiri hidupnya. Penari kemudian merasa kasihan dan membalas rayuan dengan mengajak pengibing pergi mencari ikan di laut.

Oka Wiratmaja mengatakan bahwa mereka telah mempersiapkan pertunjukan ini sejak bulan Maret 2023. Persiapan termasuk menyusun cerita dan menciptakan musik yang mengiringi pertunjukan.

Ia ingin menghidupkan kembali pakem asli joged bumbung yang menurutnya semakin terlupakan. "Kami bersyukur ada kesempatan seperti PKB ini, kami dapat menggali kembali pakem-pakem joged bumbung yang semakin terlupakan," kata Oka Wiratmaja.

Menurut Oka Wiratmaja, untuk menghibur dengan joged bumbung tidak perlu melakukan gerakan yang terlalu berlebihan. Kesan romantis tidak harus diciptakan melalui gerakan nakal, tetapi bisa melalui hal-hal sederhana seperti tatapan mata dan tingkah laku manja para penari.

"Kesan romantis tidak perlu saling berpelukan, hanya dengan saling bertatapan mata sudah bisa membuat hati penonton bergetar," tutur Oka Wiratmaja yang juga ikut menari pada sore itu.

Ia menambahkan bahwa selain penari joged, pengibing juga memiliki peran penting dalam menunjukkan kreativitas di atas panggung. Sebagai lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, ia berharap pengibing yang berani tampil di atas panggung dapat berkreasi dengan tetap mengikuti pakem tradisi yang ada.

Oka Wiratmaja juga mengungkapkan bahwa selain tampil dalam PKB, Sanggar Sudamala juga telah memperkenalkan joged pakem tradisi melalui pertunjukan di acara Sekaa Teruna-Teruni (STT) di banjar atau desa, upacara adat, dan pertunjukan di hotel-hotel.

Sementara salah satu penari joged yang tampil, Ni Kadek Dwi Setiari (19) merasa miris dengan fenomena joged erotis yang berlebihan. Ia selalu konsisten dalam menampilkan joged tradisi setiap kali mendapat undangan untuk tampil.

"Dalam kondisi seperti itu, penari yang sudah mengikuti aturan adat merasa kasihan," ucapnya.

Dengan adanya tarian joged `ngebor` tersebut, mahasiswi Universitas Pendidikan Mahadewa Indonesia (UPMI) mengakui bahwa sebagian masyarakat sekarang melihat penari joged dengan pandangan negatif.

Namun, meskipun ada pandangan seperti itu, ia justru merasa tertantang untuk mengubah citra negatif tersebut. Awalnya sebagai penari arja, ia tidak ragu mencoba tantangan baru sebagai penari joged.

Meskipun masih baru dalam menekuni joged, ia sudah pernah tampil di luar kabupaten. Menurutnya, pendapatan yang diperoleh dari satu pertunjukan sudah cukup baginya tanpa harus tampil secara erotis berlebihan.

"Saya merasa cukup dengan apa yang saya dapat," ungkapnya. (adi/adv)