Search

Home / Khas / Ekonomi

Kanta, Berdayakan Warga Kolok Bengkala

Editor   |    25 Mei 2024    |   18:01:00 WITA

Kanta, Berdayakan Warga Kolok Bengkala
Ketut Kanta. (foto/suteja)

SOSOK warga biasa yang peduli dan berjuang terhadap keberlangsungan nasib kaum difabel terbilang masih sangat sedikit jumlah mereka.  

Adalah Ketut Kanta (67) dari sosok masih sangat sedikit tersebut. Ia berhasil membina kelompok ekonomi masyarakat Desa Bengkala, Buleleng khususnya perajin kain tenun yang sejak tahun 2015 didirikan, sampai kini masih eksis dalam usahanya.

Terlebih anggotanya berasal dari kaum difabel yang tuna rungu dan tuna wicara atau istilah Bali "kolok". Ini tidak lepas dari kegigihan Ketut Kanta membantu masyarakat Desa Bengkala yang kebanyakan kolok secara keturunan.

Ketut Kanta (67) menuturkan, bahwasannya kelompok usaha tenun yang ia dirikan berawal keinginannya membantu menterjemahkan bahasa isyarat yang ia kuasai kepada orang luar Bengkala yang berkunjung ke desanya.

Gayung bersambut, organisasi FLIP Mas Ngayah Bali atau Forum Layanan Ipteks Masyarakat Ngayah Bali yang merupakan organisasi sosial dari perkumpulan dosen-dosen di Bali menginisiasi untuk mengembangkan potensi wilayah Desa Bengkala dengan memberdayakan kaum difabel khusus kaum perempuan yang memiliki hobi untuk menenun.

"Dulu kami menanyakan kepada masyarakat tidak hanya kaum difabel untuk bekerja dalam menambah penghasilan keluarga. Kebanyakan warga kami pekerjaanya bertani dan berkebun, tukang juga.”

“Nah, saya tanya para perempuan lebih menyukai pekerjaan yang santai dan tidak panas. Ya, kami salurkan hobi mereka seperti membuat dupa, membuat inke dan tenun ikat dengan alat tenun bukan mesin (ATBM)," tuturnya, Jumat (24/5/2024) di Buleleng.

Lebih lanjut ujar Ketut Kanta, di tahun 2015 pihaknya mendapat bantuan dari CSR Pertamina untuk mengembangkan kelompok usahanya yaitu dupa, inke dan tenun.

“Seiring berjalan waktu, pemerintah juga sangat peduli dengan kami dengan memberikan pelatihan, pembinaan kepada anggota. Sehingga produksi dari kelompok usaha kami makin variatif khususnya kain tenun,” terangnya.

Karena berkembangnya usaha khususnya kerajinan tenun, maka di tahun 2018 diperluas lagi usahanya. Pihaknya pun kemudian merelakan lahannya sebagai balai usaha ekonomi masyarakat Desa Bengkala.

"Usaha kain tenun ini rata-rata berproduksi 30-40 lembar kain per bulan dengan harga Rp. 300 ribu- Rp. 400 ribu dengan 5 ATBM dan bahan bakunya dibeli langsung di Ubud, Gianyar. Perkain mendapat upah Rp 100 ribu yang bisa diselesaikan 2- 3 hari tergantung motif dan tingkat kesulitan," sebutnya.

Ditambahkan, kelompok usaha tenun ini yang merupakan binaan dari Pertamina pernah diikutkan lomba dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI dan berhasil menjadi juara dengan peringkat Proper Emas.

Pihaknya berharap ke depan agar hasil produksi tenun kelompoknya dapat dipasarkan secara luas dan kontinu, sehingga anggotanya terus berproduksi dan kesejahteraan anggotanya meningkat. (suteja)


Baca juga: Primadona Buah Naga dari Bali Utara