Search

Home / Aktual / Edukasi

Perpustakaan Mesti Ikuti Perubahan Zaman

Editor   |    09 Juli 2024    |   18:11:00 WITA

Perpustakaan Mesti Ikuti Perubahan Zaman
Sekda Dewa Indra saat membuka acara Rakerpus XXV & Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) pada Minggu (7/7/2024) di Baldung. (foto/adhy)

BADUNG, PODIUMNEWS.com – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan perpustakaan mesti mengikuti perubahan zaman supaya tidak ditinggalkan oleh masyarakat pembacanya.

Demikian disampaikan Sekda Dewa Indra saat membuka acara Rakerpus XXV & Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) pada Minggu (7/7/2024) di Baldung.

Ia mengungkapkan bahwa perpustakaan yang dinaungi para pustakawan, hakikatnya selalu ada dan diperlukan sejak dahulu kala hingga akhir zaman. Namun, tantangan terbesar saat ini adalah perubahan zaman dari konvensional ke arah digitalisasi.

"Karena itu, perpustakaan harus terus bergerak, di tangan kita semua perpustakaan harus kita gerakkan dari posisi yang lama ke posisi saat ini. Hari ini, perubahan itu disebut digitalisasi perpustakaan, jika kita tidak siap menuju ke sana maka kita juga akan ditinggalkan," ujarnya.

Karena menurutnya, apabila kondisi perpustakaan sudah menjadi tempat yang tidak menarik lagi dan ditinggalkan, merupakan alarm yang mengkhawatirkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena mampu menghilangkan satu aspek penting dalam kehidupan manusia, yakni literasi.

Namun dirinya meyakini, IPI mampu membawa perpustakaan melangkah maju mengiringi perubahan perkembangan zaman. Sehingga terus mampu dinikmati dan diminati oleh masyarakat, karena memang harus diminati.

"Sudah sewajarnya dan sepatutnya perpustakaan kita tempatkan yang paling tinggi dibanding aspek yang lain, karena perpustakaan merupakan sumber dari pengetahuan dan kecerdasan kita. Dan literasi juga satu metode mencapai kecerdasan yang bersumber dari perpustakaan tersebut," pungkasnya.

Sementara itu, Deputi II Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Adin Bondan menyatakan hal yang senada. Di mana perpustakaan menghadapi tantangan semakin hari semakin kompleks dan dinamis. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serta kecerdasan buatan yang membawa perubahan destruktif.

"Hal ini mengharuskan para pustakawan untuk terus berbenah diri, agar bisa tetap menjadi profesi penggerak utama informasi dan ilmu pengetahuan. Dan dalam hal ini Perpustakaan Nasional mengembangkan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, ini harus diperankan oleh para pustakawan dimanapun menjalankan profesinya," ujarnya.

Transformasi ini merupakan satu sistem metode di mana perpustakaan menjadi satu ruang kreasi, ruang belajar kontekstual, menjadi ruang terbuka untuk berbagi semua informasi dan pengalaman bagi masyarakat, serta perpustakaan menjadi ruang terbuka bagi peningkatan keterampilan hidupnya.

Hingga kini, dirinya mengklaim telah terdapat 3.696 lokus transformasi perpustakaan berbasis inklusi, yang telah berdampak terhadap sekitar tiga juta warga yang termarjinalkan. Di mana perpustakaan hadir untuk mengadvokasi, memberikan pelatihan agar mereka cakap dalam hidupnya. (adhy/suteja)


Baca juga: Cegah Penculikan Anak, Diminta Pasang CCTV di Gerbang Sekolah