Search

Home / Aktual / Sosial Budaya

Memunjung, Jaga Harmoni Manusia dengan Leluhur

Dewa Fatur   |    24 April 2025    |   16:56:00 WITA

Memunjung, Jaga Harmoni Manusia dengan Leluhur
Ilustrasi tradisi memunjung. (Foto: Dewa)

GEMERLAP modernitas yang dibawa oleh ramainya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Desa Tuban menyimpan denyut nadi tradisi Bali yang tak lekang oleh waktu.

Saat Hari Raya Galungan tiba, wilayah pesisir ini tidak hanya menjadi pintu gerbang wisatawan, tetapi juga panggung khidmat bagi ritual memunjung, sebuah tradisi suci yang menghubungkan generasi dengan para leluhur.

Penelusuran mendalam mengungkap bagaimana Tuban, yang dahulu menjadi saksi bisu kedatangan Majapahit dan kini menyambut jutaan pelancong, juga menjadi pusat kegiatan spiritual saat Galungan.

Tradisi memunjung, yang berarti menghaturkan sembah bakti, menjadi inti dari perayaan ini, memperkuat ikatan kekeluargaan dan penghormatan kepada para pendahulu.

Jejak Leluhur dalam Setiap Sembah (Galungan)

Esensi Hari Raya Galungan adalah kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan). Namun, perayaan ini tidak terlepas dari penghormatan mendalam kepada para leluhur yang diyakini telah kembali ke alam dewata.

Di Tuban, seperti di desa-desa lain di Bali, tradisi memunjung menjadi wujud nyata dari bakti tersebut.

Sejak pagi hari Galungan, masyarakat Tuban dengan pakaian adat serba putih berbondong-bondong menuju pura kahyangan tiga (pura desa) dan sanggah/merajan (pura keluarga).

Mereka membawa banten (sesajen) yang dihias indah, berisi hasil bumi dan persembahan lainnya. Suasana khidmat terasa saat pemangku (pendeta desa) memimpin jalannya upacara.

Ritual memunjung melibatkan rangkaian doa dan persembahan yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai roh suci para leluhur.

Masyarakat dengan khusyuk ngaturang canang sari, daksina, dan berbagai banten lainnya, memohon keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan bagi seluruh keluarga dan desa.

Di Tuban, tradisi ini diwariskan secara turun-temurun. Anak-anak muda turut serta dalam prosesi, belajar tentang makna dan tata cara memunjung dari para tetua.

Hal ini memastikan bahwa nilai-nilai luhur dan kearifan lokal tetap terjaga di tengah arus modernisasi yang begitu kuat di wilayah ini.

Harmoni Tradisi di Tengah Modernitas (Galungan di Tuban)

Keberadaan bandara internasional di Tuban membawa dinamika tersendiri dalam pelaksanaan tradisi memunjung. Meskipun wilayah ini menjadi pusat aktivitas pariwisata, masyarakat Tuban tetap teguh memegang tradisi leluhur.

Suara gamelan yang mengiringi upacara memunjung seringkali berbaur dengan deru pesawat yang lepas landas dan mendarat, menciptakan kontras yang unik namun harmonis.

Banyak keluarga di Tuban yang bekerja di sektor pariwisata tetap meluangkan waktu untuk melaksanakan tradisi memunjung.

Mereka mengatur jadwal kerja agar dapat berkumpul dengan keluarga di merajan dan mengikuti rangkaian upacara di pura desa.

Semangat kebersamaan dan gotong royong semakin terasa saat mempersiapkan banten dan berbagai keperluan upacara.

Tradisi memunjung saat Galungan di Tuban bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga momen untuk mempererat tali persaudaraan dan mengingatkan akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual.

Di tengah kesibukan dan perubahan zaman, tradisi ini menjadi jangkar yang menghubungkan masyarakat Tuban dengan akar budaya mereka.

Simbol Keberlanjutan Nilai (Galungan di Tuban)

Tuban, yang pernah menjadi saksi bisu perubahan kekuasaan dan kini menjadi gerbang pariwisata, kembali menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi tanpa kehilangan jati diri.

Tradisi memunjung saat Galungan adalah bukti nyata bahwa modernitas dan tradisi dapat berjalan beriringan, saling melengkapi dan memperkaya.

Meskipun tantangan zaman terus bergulir, semangat memunjung di Tuban tetap membara. Generasi muda didorong untuk memahami dan melestarikan tradisi ini sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas mereka sebagai orang Bali.

Tuban, dengan sejarahnya yang kaya dan perannya yang vital, sekali lagi menjadi simbol bagaimana masyarakat Bali mampu menjaga warisan leluhur di tengah dinamika perubahan.

Tradisi memunjung saat Galungan adalah cerminan dari kekuatan spiritual dan kearifan lokal yang terus hidup dan berkembang di jantung Pulau Dewata. (fathur)

Baca juga :
  • Wabup Dukung Bale Banjar Jadi Pusat Buday
  • Wabup Badung Dukung Dana Aci di Pura Punggul
  • Denpasar Ingin Jadi Kota Contoh Moderasi Beragama di Indonesia