Psikolog Terancam? Survei Ungkap Minat pada 'Psikolog' AI
DENPASAR PODIUMNEWS.com – Perkembangan pesat artificial intelligence (AI) kini merambah hampir seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali ranah kesehatan mental. Sebuah survei terbaru dari Snapcart pada tahun 2025 menunjukkan tren yang cukup mengkhawatirkan di Indonesia: sebanyak 58 persen responden mempertimbangkan AI sebagai pengganti psikolog mereka.
Survei ini mengindikasikan bahwa faktor biaya konsultasi psikolog yang mahal dan anggapan bahwa AI dapat menjaga privasi menjadi alasan utama masyarakat melirik teknologi ini untuk mengatasi masalah kesehatan mental.
Menanggapi fenomena ini, Guru Besar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Nurul Hartini SPsi MKes Psikolog, memberikan pandangannya. Ia mengakui bahwa AI mungkin berguna dalam mencari istilah atau gejala kesehatan mental. Namun, Prof Nurul menekankan bahwa esensi penanganan psikologis membutuhkan pendekatan emosional dan sisi humanisme yang tidak dimiliki oleh mesin.
"Sangat mungkin kemudian jawaban-jawabannya (red: AI) itu tidak memahami benar situasi dan kondisi orang yang dihadapi," ungkap Prof Nurul melalui keterangan tertulis, Rabu (14/5/2025). Ia menjelaskan bahwa AI sebagai mesin tidak memiliki pemahaman mendalam terhadap konteks emosi dan pengalaman subjektif individu yang sedang mengalami masalah mental. Oleh karena itu, tahap intervensi yang krusial dalam kesehatan mental tetap memerlukan kehadiran dan sentuhan manusiawi dari seorang psikolog.
Prof Nurul juga menyoroti adanya kondisi di mana seseorang mungkin tidak menyadari bahwa dirinya membutuhkan bantuan profesional. Ia menyebutkan beberapa tanda penting yang mengindikasikan perlunya intervensi psikolog, bukan sekadar mencari solusi dari AI. Tanda-tanda tersebut meliputi distress (ketidakmampuan berpikir jernih dan emosi tidak stabil) dan munculnya perilaku menyimpang seperti menyakiti diri sendiri, melukai orang lain, atau menjauhi norma sosial.
Meskipun menyadari bahwa peran AI tidak dapat dihindari, Prof Nurul menekankan pentingnya pemanfaatan AI secara bijak dalam bidang psikologi. Menurutnya, AI dapat menjadi alat bantu bagi psikolog untuk memaksimalkan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan, namun peran inti profesional dengan transfer pengetahuan, emosi, dan psikomotorik akan sangat sulit digantikan sepenuhnya oleh AI.
Temuan survei ini memicu diskusi penting mengenai masa depan kesehatan mental di Indonesia, di mana perkembangan teknologi AI perlu diimbangi dengan pemahaman yang mendalam akan kebutuhan emosional dan humanisme dalam proses penyembuhan dan pemulihan. (riki/suteja)