Podiumnews.com / Aktual / Kesehatan

Jatim Krisis Prediabetes: Setengah Dewasa Muda Terancam

Oleh Editor • 16 Mei 2025 • 14:21:00 WITA

Jatim Krisis Prediabetes: Setengah Dewasa Muda Terancam
Ilustrasi: gaya hidup anak muda yang mengkonsumsi makanan cepat saji. (podiumnews)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Kabar mengkhawatirkan datang dari Jawa Timur terkait masalah kesehatan. Data terbaru menunjukkan lonjakan angka prediabetes yang signifikan di kalangan dewasa muda berusia 19 hingga 25 tahun, mencapai 54,8 persen. Angka ini jauh melampaui rata-rata nasional yang hanya sebesar 26,3 persen, menandakan situasi darurat kesehatan yang perlu segera ditangani.

Fakta mencengangkan ini diungkapkan oleh dosen Fakultas Keperawatan (FKP) Universitas Airlangga (UNAIR), Ika Nur Pratiwi SKep Ns MKep. Menurutnya, tingginya angka prediabetes di usia muda ini menjadi indikasi kuat bahwa kelompok usia tersebut sangat berisiko terserang diabetes melitus tipe dua di masa depan.

Prediabetes sendiri merupakan kondisi ketika kadar gula darah seseorang lebih tinggi dari batas normal, namun belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. American Diabetes Association (ADA) menetapkan kadar glukosa darah puasa antara 100–125 mg/dL sebagai indikasi prediabetes.

"Jika tidak ditangani, sekitar 70 persen individu dengan prediabetes akan berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam beberapa tahun mendatang. Terlebih dengan angka prediabetes pada dewasa muda di Jawa Timur yang melebihi dua kali lipat rata-rata nasional, ini menjadi alarm yang sangat serius," ujar Ika Nur Pratiwi melalui keterangan tertulis, Jumat (16/5/2025).

Kondisi prediabetes seringkali tidak disadari karena tidak menimbulkan gejala yang jelas. Namun, dampaknya tidak bisa dianggap remeh. Jika dibiarkan, prediabetes dapat memicu komplikasi jangka panjang yang berbahaya, termasuk penyakit jantung dan gangguan ginjal.

"Fenomena ini menunjukkan bahwa dewasa muda kini menjadi kelompok yang sangat rentan. Gaya hidup sedentari, konsumsi makanan tinggi kalori dan rendah nutrisi, serta kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor utama pemicunya. Data Surabaya sebagai kota dengan tingkat diabetes tertinggi di Jawa Timur semakin memperkuat kekhawatiran akan tren peningkatan prediabetes ini," jelasnya.

Melihat kondisi yang sangat mengkhawatirkan ini, langkah pencegahan menjadi krusial. Ika Nur Pratiwi menekankan pentingnya skrining glukosa darah puasa secara berkala, terutama bagi individu dengan indeks massa tubuh (BMI) tinggi, kurang aktif bergerak, atau memiliki riwayat keluarga diabetes. Selain itu, perubahan pola makan menjadi lebih sehat dan peningkatan aktivitas fisik juga menjadi kunci untuk menekan angka prediabetes di kalangan generasi muda Jawa Timur. (riki/suteja)