Search

Home / Khas / Olahraga

Tangis Terakhir di Dipta

Editor   |    19 Mei 2025    |   10:03:00 WITA

Tangis Terakhir di Dipta
Coach Teco berpamitan di Stadion Dipta, menerima kenang-kenangan usai laga terakhir Bali United, Sabtu (17/5/2025). (baliutd)

SABTU SORE, (17/5/2025), Stadion Kapten I Wayan Dipta tak hanya menjadi tempat digelarnya laga pekan ke-33 BRI Liga 1. Ia berubah menjadi ruang perpisahan—panggung terakhir bagi Stefano “Teco” Cugurra bersama Bali United.

Laga kandang terakhir itu berakhir pahit. Serdadu Tridatu takluk 0-2 dari Madura United lewat gol Irfan Jauhari dan Lulinha di babak pertama. Kekalahan itu sekaligus menutup kiprah Bali United di depan publik sendiri musim ini dengan catatan yang tak sempurna.

Namun di luar skor, momen yang paling menyentuh terjadi setelah peluit panjang dibunyikan. Dari bangku pemain, Coach Teco berjalan pelan ke tengah lapangan, ditemani istri dan anaknya. Para pemain membentuk barisan Guard of Honour, menyambut pelatih yang telah mempersembahkan dua gelar Liga 1 dan enam musim kebersamaan.

Sebuah video pendek ditayangkan—menampilkan kilas balik perjuangan Teco bersama tim, mulai dari latihan di tengah hujan hingga selebrasi juara. CEO Bali United, Yabes Tanuri, turut hadir menyerahkan cinderamata sebagai penghormatan terakhir dari manajemen klub.

Atmosfer stadion berubah. Suporter menyalakan flash dari ponsel, menciptakan pendar cahaya di tengah langit Gianyar yang mulai gelap. Teco berdiri sejenak, mengangkat tangan, dan berbicara singkat di hadapan publik Dipta. “Bali akan selalu jadi rumah kedua. Terima kasih atas cinta dan dukungannya selama ini,” ujarnya.

Kapten tim, Ricky Fajrin, tak kuasa menahan emosi. Ia menjadi salah satu pemain yang paling lama membela Bali United bersama Teco. “Kami tentu kecewa karena tidak bisa memberikan hasil bagus untuk beliau di laga terakhir ini. Tapi enam tahun bersama Coach Teco adalah perjalanan luar biasa,” ucap Ricky.

Bali United masih menyisakan satu laga tandang menghadapi Persebaya pekan depan. Tapi untuk Teco, panggung di Dipta malam itu adalah babak pamungkas.

Ia pergi bukan hanya sebagai pelatih, tapi sebagai bagian dari sejarah. Sosok yang tak hanya membawa trofi, tetapi juga semangat dan karakter. Dan di antara tepuk tangan yang mengiringi langkah perpisahannya, terselip pesan yang akan dikenang: setia, tangguh, dan rendah hati. (adi/suteja)

 

Baca juga :
  • Teco, Sebuah Perpisahan di Dipta
  • Jung Kenzo Rayakan Ultah Bareng Bintang di Bali 7s
  • Kisah Stylish di Tengah Semangat 7s