Tumbuh Kembang Anak Jadi Sorotan, Denpasar Lawan Stunting
DENPASAR, PODIUMNEWS.com — Pemerintah Kota Denpasar menegaskan komitmennya dalam menekan angka stunting yang mengalami peningkatan signifikan dalam setahun terakhir.
Melalui berbagai kegiatan pembinaan balita dan edukasi orang tua, perhatian terhadap fase tumbuh kembang anak sejak dini kini menjadi fokus utama dalam pembangunan sumber daya manusia di Kota Denpasar.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat prevalensi stunting di Denpasar naik dari 5,5 persen pada 2022 menjadi 10,8 persen pada 2023 lonjakan hampir dua kali lipat yang disebut sebagai alarm serius oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
“Stunting bukan sekadar tubuh pendek, tapi kondisi kronis akibat kekurangan gizi yang bisa berdampak pada kecerdasan dan produktivitas anak hingga dewasa,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr. Anak Agung Ayu Agung Candrawati, saat membuka Lomba Balita Sehat 2025 di Gedung Graha Sewaka Dharma, Lumintang, Selasa (27/5/2025).
Ia menegaskan bahwa fase balita merupakan masa kritis dalam kehidupan manusia. Gagal tumbuh pada masa ini akan sulit diperbaiki di kemudian hari, sehingga perhatian pada gizi, pola asuh, dan stimulasi dini harus dimulai bahkan sejak masa kehamilan.
“Kami dorong pemahaman bahwa periode emas 1.000 hari kehidupan harus benar-benar dijaga. Ini tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah,” tegasnya.
Menurut dr. Candrawati, selain intervensi gizi, pola pengasuhan dalam keluarga juga sangat mempengaruhi status gizi anak. Oleh karena itu, kegiatan seperti lomba balita, posyandu aktif, serta edukasi langsung kepada orang tua menjadi bagian dari strategi terintegrasi untuk mencegah stunting.
Sementara itu, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr. Ni Komang Wulan Putri Tjatera, menekankan pentingnya meluruskan persepsi masyarakat bahwa tubuh pendek bukan sekadar faktor keturunan.
“Faktor genetik hanya berpengaruh kecil. Yang lebih besar adalah gizi, sanitasi, dan layanan kesehatan. Sayangnya, banyak orang tua yang masih belum menyadari hal ini,” kata dr. Komang Wulan.
Ia menambahkan bahwa stunting bisa mulai terjadi sejak anak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Oleh karena itu, edukasi tidak boleh berhenti di level puskesmas, tetapi harus menyentuh desa dan keluarga.
“Dengan kegiatan seperti ini, kami ingin mengajak seluruh keluarga di Denpasar lebih aktif memantau tumbuh kembang anak dan segera berkonsultasi jika ada keterlambatan,” ujarnya.
Dinas Kesehatan memastikan pembinaan terhadap balita akan terus diperkuat, termasuk pengawasan gizi, pelatihan kader kesehatan, dan kerja sama lintas sektor. Semua langkah ini diarahkan untuk mewujudkan generasi muda Kota Denpasar yang sehat, cerdas, dan bebas dari ancaman stunting. (fathur)