Search

Home / Aktual / Sosial Budaya

Putri Koster: Bali Butuh Arsip Maestro Seni, Bukan Penjajahan

Editor   |    10 Juni 2025    |   17:55:00 WITA

Putri Koster: Bali Butuh Arsip Maestro Seni, Bukan Penjajahan
Tampak Ibu Putri Koster menerima buku berjudul Anak Agung Gede Ngurah Mandera: Maestro Tari Legong & Kebyar, Senin (9/6/2025) di Ubud. (foto/sukadana)

GIANYAR, PODIUMNEWS.com – Ada pergeseran fokus penting dalam upaya dokumentasi sejarah dan budaya Bali. Menurut Ibu Putri Koster, Bali kini lebih membutuhkan arsip tentang para maestro seninya, ketimbang melulu berkutat dengan catatan masa penjajahan.

Pernyataan ini disampaikannya saat menghadiri peluncuran buku "Anak Agung Gede Ngurah Mandera: Maestro Tari Legong & Kebyar" di Balerung Mandera Srinertya Waditra, Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Senin (9/6/2025).

Istri Gubernur Bali ini menyatakan kekaguman mendalamnya terhadap sosok Anak Agung Gede Ngurah Mandera, pelopor tari Legong dan Kebyar, yang disebutnya sebagai seniman besar dengan karya yang tetap hidup dan mendunia.

"Peluncuran buku ini sangat membahagiakan bagi saya. Sebelumnya, saya sempat bertemu sejumlah maestro dan seniman yang membahas keinginan untuk dibuatkan film mengenai para leluhur seni. Bali perlu memiliki arsip terkait maestro-maestro kita, bukan hanya arsip tentang masa penjajahan, tetapi juga tentang seniman kita," tegas Putri Koster.
 
Ia menekankan bahwa dokumentasi karya dan peran maestro seni Bali sangat krusial agar bisa menjadi rujukan lintas generasi. Harapannya, buku ini dapat menjadi jembatan yang menyambung estafet warisan budaya.

Putri Koster juga menyerukan kepada generasi muda Bali agar tidak hanya menjadi penikmat seni atau sekadar membawakan karya yang sudah ada, tetapi juga mampu menciptakan karya seni baru.

"Regenerasi itu sangat penting. Oleh karena itu, perlu dibuatkan wadah dan mendapat dukungan dari pemerintah setempat," imbuhnya.

Senada, Anak Agung Gde Oka Dalem, putra mendiang maestro A.A. Gde Ngurah Mandera, berharap buku ini dapat menginspirasi generasi muda. Ia berharap buku tersebut bisa menjadi panduan bagaimana sang ayah bekerja sama dengan banyak pihak untuk mempromosikan kesenian dan kebudayaan Bali hingga kancah internasional.

(sukadana/suteja)

Baca juga :
  • PKB 2025 Wajib Bebas Plastik, Pedagang Harus Bawa Pulang Sampah
  • 20 Negara Ikut Rare Angon Festival Internasional di Denpasar
  • Kurasi Seni, Ruang yang Masih Sepi di Bali