Search

Home / Aktual / Ekonomi

Perang Iran-Israel Ancam Ekonomi Global, Indonesia Diminta Bersiap

Editor   |    19 Juni 2025    |   01:35:00 WITA

Perang Iran-Israel Ancam Ekonomi Global, Indonesia Diminta Bersiap
Ilustrasi kenaikan harga minyak dunia akibat konflik geopolitik. Lonjakan ini berdampak pada inflasi global dan biaya logistik internasional. (dok/podiumnews)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com – Memanasnya konflik bersenjata antara Iran dan Israel diprediksi berdampak serius terhadap perekonomian dunia. Dalam konfrontasi paling intens dalam sejarah kedua negara, perang yang telah memasuki hari kelima ini menimbulkan kekhawatiran global terhadap stabilitas energi dan perdagangan internasional.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Rossanto Dwi Handoyo SE M Si PhD, menegaskan bahwa perang ini berpotensi mengganggu keseimbangan supply dan demand minyak dunia. Mengingat Iran adalah salah satu negara pengekspor minyak terbesar, konflik ini bisa menyebabkan lonjakan harga minyak secara signifikan.

“Kalau berlangsung cukup lama, dunia berpotensi masuk ke fase stagflasi: stagnasi pertumbuhan ekonomi disertai inflasi tinggi. Ini bisa jadi tekanan besar, seperti yang terjadi pada konflik Rusia-Ukraina,” ujarnya, Rabu (18/6/2025).

Tak hanya minyak, kawasan Timur Tengah juga merupakan jalur pelayaran strategis bagi perdagangan global. Ketegangan di wilayah tersebut membuat banyak negara harus mencari rute alternatif yang lebih jauh dan mahal. Konsekuensinya, biaya logistik melonjak dan harga jual barang pun ikut naik.

“Biaya logistik yang tinggi akan mengganggu rantai pasok dunia. Ini menambah ketidakpastian ekonomi global dan bisa mengurangi minat investor untuk masuk ke negara-negara rawan konflik, termasuk negara sekitar,” jelas Prof Rossanto.

Dampak ke Ekonomi Indonesia

Sebagai negara pengimpor minyak, Indonesia sangat mungkin terdampak. Biaya energi akan membengkak, dan jika tak diantisipasi, bisa memengaruhi defisit perdagangan.

“Ekspor kita ke Timur Tengah memang kecil, tetapi wilayah itu jalur pelayaran ke Eropa. Jika terganggu, logistik kita akan mahal dan berdampak ke neraca ekspor,” ujarnya.

Ia menyarankan pemerintah bersikap adaptif. Jika ekspor melemah, impor harus ditekan. “Produk impor perlu digantikan dengan buatan dalam negeri agar pasar tetap aman,” ucapnya.

Selain itu, ia mendorong kebijakan fiskal yang lebih restriktif dan kebijakan moneter yang ekspansif.

“Inflasi kita terkendali. Sekarang saatnya ‘ngegas’ sedikit dengan menurunkan suku bunga agar investasi dan kredit modal kerja bisa naik. Ini bisa bantu gerakkan ekonomi dari sisi domestik,” pungkasnya.

(riki/suteja)

Baca juga :
  • Denpasar Siap Jadi Tuan Rumah ITMW 2025
  • Ketua PKK Badung Ajak Olah Bunga Jadi Teh
  • Denpasar Minta Dukungan Dubes Inggris Promosikan Sanur