DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Gelak tawa dan tepuk tangan penonton menggema di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali, saat anak-anak dari Sanggar Seni Sudha Wirad Badung menampilkan dolanan “Kidal Kidul” dalam Parade Gong Kebyar Anak-anak Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47, Senin (23/6/2025) malam. Penampilan mereka tak sekadar menghibur. Di balik tingkah lucu dan gerakan lugu para seniman cilik, tersimpan pesan penting tentang pergeseran budaya bermain anak di era modern. Dalam garapan dolanan tersebut, anak-anak membawakan dua dunia sekaligus. Mereka memperagakan permainan tradisional seperti melayangan dan medagang-dagangan. Di sisi lain, permainan modern seperti game dan aktivitas vlog juga ditampilkan secara atraktif. “Ini tentang bagaimana anak-anak menyesuaikan diri. Tidak terpaku pada yang kuno, tapi juga tidak larut dalam yang modern. Seimbang, seperti kura-kura kecil yang bisa bermain di darat dan di air,” ujar I Putu Wahyudi Cahaya Putra, Sekretaris Sanggar Sudha Wirad. Tema dolanan “Kidal Kidul” digali dari fenomena sosial yang berkembang di wilayah Canggu. Sebagai kawasan yang tumbuh pesat di sektor pariwisata dan digital, Canggu menghadirkan tantangan tersendiri bagi anak-anak. Mereka mudah terpapar gadget, namun tetap membutuhkan ruang untuk bermain secara nyata. Dolanan ini menjadi medium edukatif yang menyentuh. Selain dolanan, Sanggar Sudha Wirad juga membawakan tabuh kreasi “Tala Bhanga” yang menyampaikan filosofi tentang harmoni dalam keberagaman. Tabuh ini menggambarkan ritme yang pecah sebagai simbol bahwa keindahan tidak selalu berasal dari keseragaman, melainkan dari perbedaan yang berpadu. Sebagai bagian dari pembinaan seni anak-anak di Badung, Sanggar Sudha Wirad melibatkan puluhan seniman cilik yang telah melalui proses seleksi ketat. Tercatat ada 38 penabuh, 9 penari, dan 28 pemain dolanan yang tampil. Latihan sudah dimulai sejak Februari 2025, dengan intensitas yang meningkat menjelang pementasan. Menurut Wahyudi, tantangan terbesar justru bukan teknis panggung, melainkan membangun fokus dan kedisiplinan anak-anak di tengah dominasi teknologi. Dalam setiap sesi latihan, HP anak-anak dikumpulkan terlebih dahulu agar mereka bisa berlatih dengan konsentrasi penuh. “Latihan bukan hanya soal gerakan atau suara. Tapi juga soal membentuk karakter. Kami ingin anak-anak ini tumbuh bukan hanya sebagai seniman, tapi juga sebagai pribadi yang peka dan bertanggung jawab,” tambahnya. Penampilan anak-anak Badung dalam PKB 2025 tidak hanya menyemarakkan suasana, tetapi juga menyentuh sisi reflektif penonton. Di tengah perubahan zaman, mereka berhasil menunjukkan bahwa seni dolanan tetap hidup, relevan, dan penuh makna bagi generasi baru. (adv/adi/suteja)
Baca juga :
• Badung Tampilkan Kadga Maya di PKB XLVII
• Lima Anak Badung Ikuti Lomba Warnai Tari Rejang di PKB
• Disperpa Badung Latih Ibu PKK Olah Ubi Jadi Kue Bergizi