Search

Home / Aktual / Advertorial

Seniman Badung Tampilkan Arja Klasik Tema Kejujuran

Editor   |    25 Juni 2025    |   17:51:00 WITA

Seniman Badung Tampilkan Arja Klasik Tema Kejujuran
Penampilan memukau seniman Sanggar Citta Usadhi Badung dalam drama tari Arja di panggung PKB 2025, Selasa (24/6/2025) malam. (foto/adi)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com – Ratusan pasang mata terpaku di panggung Kalangan Ayodya, Art Centre Denpasar, Selasa (24/6/2025) malam. Dalam balutan busana klasik dan iringan gamelan yang anggun, para seniman dari Sanggar Citta Usadhi, Banjar Gunung Sari, Mengwitani, Badung, tampil memukau membawakan Arja klasik berjudul Sirnaning Dirada Sungsang. Pementasan ini menjadi salah satu suguhan istimewa dalam rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025.

Cerita Sirnaning Dirada Sungsang ditulis oleh Prof Dr Desak Made Suarti Laksmi, guru besar ISI Denpasar, bersama suaminya I Nyoman Cakra. Kisah ini mengangkat nilai kejujuran dan pengabdian lewat tokoh Made Umbara, seorang pemuda pilihan yang ditugaskan menyelamatkan putri kerajaan Swarnakaradwipa, Rahaden Galuh Diah Ratna Juita.

Rahaden Galuh sebelumnya dikorbankan sebagai tumbal kepada raksasa Dirada Sungsang oleh Ratu Pramiswari dari kerajaan Kastila Manik Ratna. Namun, sang raksasa justru tidak langsung memangsa sang putri, melainkan meninggalkannya dan bahkan menyisakan makanan. Dalam sepi dan ketakutan, Galuh memanjatkan doa agar Tuhan mengutus penyelamat. Ia berjanji, jika penolongnya seorang perempuan, ia akan menjadikannya saudara, dan jika seorang laki-laki, akan ia abdikan hidupnya untuknya.

Di sisi lain, Made Umbara yang telah menginjak usia dewasa disarankan gurunya, Ki Dukuh, untuk segera menemukan pendamping hidup. Ia diminta menunaikan tugas suci, yaitu menyelamatkan Rahaden Galuh dengan mengalahkan Dirada Sungsang yang bersemayam di kawah Gohmaya Cambra, Gili Parang Gamping.

Pertarungan pun terjadi. Dengan keberanian dan kecerdikan, Made Umbara berhasil membunuh sang raksasa menggunakan taring permata dari kalung sakti milik Galuh, Motiwirasadi. Sebelum lenyap, Dirada Sungsang mengungkap bahwa dirinya sesungguhnya adalah Gandarwa yang dikutuk dan bersyukur bisa ditebus untuk kembali ke kahyangan.

Namun perjalanan Made Umbara belum selesai. Dalam perjalanan pulang, ia dihadang oleh Prabu Gilingwesi. Sang prabu, penuh ambisi, mencuri bukti kemenangan Made Umbara berupa kepala raksasa dan membawa Galuh ke istana, mengklaim bahwa ialah pahlawan sejati.

Di hadapan Ratu Pramiswari, Gilingwesi dengan pongah menunjukkan kepala raksasa sebagai tanda keberhasilannya. Namun Galuh membongkar semuanya. Ia menantang agar dilakukan perang tanding secara terbuka. Rakyat berkumpul, menyaksikan pertarungan dua pria. Satu haus kekuasaan, satu lagi tulus berjuang.

Pertarungan berakhir dengan kekalahan Gilingwesi. Identitas asli Made Umbara pun terungkap. Ia adalah Rahaden Anindita Kirtana, trah bangsawan dari Prabu Kenakadwipa. Kisah ini menjadi penanda bahwa kebenaran tak bisa ditutup oleh topeng ambisi.

Prof. Suarti mengatakan, kisah ini sarat pesan tentang pentingnya kejujuran, cinta, dan patriotisme. “Pesannya sangat relevan dengan kehidupan sekarang. Ketika semua merasa benar dan jujur, kita sering kehilangan arah. Kita ingin mengingatkan bahwa kejujuran tetaplah cahaya,” ujarnya usai pementasan.

Lebih dari sebulan pementasan ini dipersiapkan. Latihan dimulai sejak September 2024, melibatkan 30-an seniman, sebagian besar anak muda, bahkan ada yang baru lulus SD. “Kami ingin membuka ruang bagi generasi muda untuk mencintai seni klasik. Meski banyak yang masih pemula, semangat mereka luar biasa,” ujar Prof. Suarti.

Penampilan Sanggar Citta Usadhi bukan hanya hiburan. Ia adalah bentuk pelestarian warisan budaya, regenerasi seni pertunjukan Bali, dan pengingat bahwa dalam keragaman kisah, nilai-nilai luhur seperti kejujuran dan pengabdian tetap relevan untuk zaman apa pun.

(adi/stueja)

Baca juga :
  • Seni Dolanan Anak Badung Hidupkan PKB 2025
  • Badung Tampilkan Kadga Maya di PKB XLVII
  • Lima Anak Badung Ikuti Lomba Warnai Tari Rejang di PKB