DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Kanker ginjal selama ini sering dianggap sebagai penyakit yang menyerang usia lanjut. Namun, penyakit ini juga bisa dialami oleh orang muda, terutama yang memiliki riwayat genetik atau faktor risiko tertentu. Demikian disampaikan dokter spesialis urologi dari Universitas Airlangga (UNAIR), dr Zakaria Aulia Rahman SpU. ia menjelaskan bahwa kanker ginjal merupakan pertumbuhan abnormal dari sel-sel ginjal yang berubah menjadi ganas. “Orang tua memang prevalensinya lebih tinggi. Tapi apabila seseorang punya kerentanan genetik terhadap kanker ginjal, dia bisa mengalaminya sejak usia muda,” kata dr Zakaria, Rabu (25/6). Ia menyebutkan bahwa beberapa faktor risiko utama kanker ginjal antara lain kebiasaan merokok, obesitas, hipertensi, dan sindrom metabolik. Sindrom ini umumnya ditandai dengan tingginya kadar gula darah dan kolesterol. Selain itu, faktor keturunan juga berpengaruh besar dalam meningkatkan kerentanan seseorang. Jika kanker masih terbatas pada area ginjal, pasien bisa menjalani operasi pengangkatan tumor tanpa harus mengangkat seluruh ginjal. Namun, pada kasus yang lebih lanjut, operasi besar atau bahkan imunoterapi bisa menjadi pilihan utama. “Kalau sudah menyebar, pengobatannya tidak bisa hanya lewat operasi. Saat ini kemoterapi tidak lagi efektif untuk kanker ginjal. Kami gunakan obat penghambat enzim dan imunoterapi,” jelasnya. Ia juga mengingatkan bahwa kanker dapat tumbuh kembali meski sudah diangkat. Sisa sel tumor yang tidak terdeteksi bisa berkembang di kemudian hari. Karena itu, ia menyarankan agar masyarakat yang masuk kategori berisiko tinggi melakukan pemeriksaan berkala. “Pasien dengan obesitas, hipertensi, atau kebiasaan merokok sebaiknya melakukan screening bila muncul gejala. Apalagi jika memiliki garis keturunan penderita kanker ginjal. Lebih baik dilakukan sejak dini,” ujarnya. Peringatan ini menjadi pengingat bahwa kanker ginjal tidak hanya mengintai lansia. Gaya hidup sehat dan kesadaran untuk deteksi dini dapat menjadi langkah awal untuk mencegah risiko penyakit mematikan ini. (riki/suteja)
Baca juga :
• Lonjakan Sifilis Dipicu Minimnya Edukasi Reproduksi Remaja
• RSUD Buleleng Buka Layanan Jiwa, Kurangi Rujukan ke RSJ Bangli
• IMS Merebak di Kalangan Remaja Picu Risiko HIV