Podiumnews.com / Aktual / Edukasi

Bali Stop Sampah Organik ke TPA, Mulai dari Dapur

Oleh Editor • 09 Juli 2025 • 23:24:00 WITA

Bali Stop Sampah Organik ke TPA, Mulai dari Dapur
Putri Koster saat menyampaikan ajakan pengelolaan sampah dari rumah dalam webinar bersama mahasiswa UNUD, Selasa (8/7/2025). (Foto: Humas Pemprov Bali)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menegaskan bahwa mulai Agustus 2025, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung tidak lagi menerima sampah organik. Kebijakan ini disampaikan Duta Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber Palemahan Kedas (PSBS PADAS), Putri Koster, dalam webinar yang digelar LPPM Universitas Udayana, Selasa (8/7/2025).

Putri Koster menyebut pengurangan beban TPA bisa dimulai dari dapur rumah tangga. Ia mendorong masyarakat mengelola sampah organik secara mandiri menggunakan lubang komposter. “Sebagian besar sampah yang kita hasilkan itu organik, dari dapur dan kebun. Kalau itu bisa dikelola dari rumah, beban TPA bisa dikurangi sampai 65 persen,” ujarnya.

Kondisi TPA Suwung yang sudah menampung sampah selama 41 tahun disebut dalam situasi darurat. Volume sampah terus meningkat, menimbulkan bau menyengat, dan merusak estetika lingkungan. Karena itu, Pemprov Bali menargetkan penutupan total TPA Suwung pada Desember 2025.

Pada kesempatan itu, Putri Koster juga menggandeng 2.383 mahasiswa Universitas Udayana yang akan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk menjadi agen perubahan di 214 desa. Mereka diminta menyosialisasikan pola pemilahan sampah langsung dari sumber.

“Pola lama buang dan angkut sudah tidak bisa dipertahankan. Harus ada perubahan pola pikir dan pola kerja. Dimulai dari rumah, keluarga, dan lingkungan sekitar,” tegasnya.

Sampah anorganik seperti plastik, logam, dan kaca tetap dapat dikumpulkan terpisah dan disalurkan ke TPS3R, TPST, atau bank sampah terdekat. Namun untuk organik, pengelolaan di rumah dinilai sebagai solusi paling efektif dan berkelanjutan.

Guru Besar Universitas Udayana, Prof. Yenni Ciawi, juga menekankan pentingnya kedisiplinan sejak dari rumah. “Kalau dicampur, maka akan muncul sampah residu yang tidak bisa diolah. Pilah dari awal agar sampah bernilai,” ujarnya.

Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Bali dalam mewujudkan pengelolaan sampah berbasis sumber dan menjaga lingkungan untuk generasi masa depan.

(sukadana)