DUA BELAS tahun lalu, seorang turis asal Belanda mampir ke pura di Bali. Hanya dua jam, lalu pergi. Ia mengenakan kamen dan saput, tanpa tahu banyak tentang makna di balik pakaian itu. Hari itu berlalu seperti liburan biasa. Ia tidak tahu bahwa suatu hari akan kembali, bukan sebagai pelancong, melainkan sebagai pejuang di lapangan, mewakili Bali dalam sepak bola nasional. Dialah Tim Receveur, gelandang asing anyar Bali United FC. Pada Rabu (16/7/2025), ia kembali mengenakan baju adat Bali. Kali ini bukan untuk wisata, melainkan mengikuti rangkaian Tirta Yatra bersama rekan-rekannya di Serdadu Tridatu. Bedanya, bukan dua jam, tetapi seharian. Bukan sendiri, tetapi bersama keluarga baru, sebuah tim yang tidak hanya bicara strategi, tetapi juga merayakan budaya dan spiritualitas. “Sebenarnya ini bukan pertama kali, karena 12 tahun lalu saya sudah pernah berlibur dan datang ke pura. Namun hanya dua jam. Kali ini dilakukan bersama tim dan ke banyak tempat, hampir satu hari penuh. Ini kegiatan yang sangat bagus sekali,” kata Tim usai prosesi. Pemain yang juga bisa bermain sebagai bek tengah itu menyebut pengalaman spiritual ini sebagai bekal penting, terutama untuk pemain asing. Baginya, memahami Bali tidak cukup lewat stadion. Perlu duduk di antara umat, merasakan dupa menyala, menyimak doa, dan mengobrol santai di sela persembahyangan, seperti yang dilakukannya Rabu kemarin. “Saya pikir ini sangat bagus, terutama buat pemain asing seperti saya. Perlu belajar budaya, mengenal pura dan bagian lain dari budaya di sini. Saya menikmati kegiatannya bersama tim,” ucapnya dengan senyum. Receveur, mantan pilar Almere City FC di Belanda, menyebut bahwa musim perdananya di Liga Indonesia akan ia jalani dengan sepenuh hati. Ia ingin menyumbangkan pengalaman dan energi untuk Bali United, bukan sekadar menambah daftar klub dalam kariernya. “Saya ingin membantu tim, berbagi pengalaman dari Belanda, menyenangkan suporter, dan memberi pertandingan yang indah. Itu target besar saya,” tegasnya. Receveur dijadwalkan akan debut saat Bali United menjamu Persik Kediri dalam laga pembuka Super League 2025/26 pada Minggu (10/8/2025) di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar. Dua belas tahun lalu, ia hanya duduk dua jam di pura. Kini, ia berdiri bersama tim, membawa semangat baru. Barangkali itulah cara Bali memanggil. Perlahan, tetapi pasti. Menyatu, bukan sekadar lewat seragam, tetapi juga lewat rasa. (adi/sukadana)
Baca juga :
• Perempuan, Sepak Bola, dan Sebuah Visi Timur
• Teco, Sebuah Perpisahan di Dipta
• Tangis Terakhir di Dipta