Search

Home / Aktual / Kesehatan

Bali Tertinggi Bunuh Diri, PKHI Dorong Hipnoterapi

Nyoman Sukadana   |    30 Juli 2025    |   21:29:00 WITA

Bali Tertinggi Bunuh Diri, PKHI Dorong Hipnoterapi
Ketua DPP PKHI Ir. Avifi Arka saat menyampaikan pentingnya hipnoterapi dalam pencegahan bunuh diri di acara Rakerda PKHI se-Bali di Badung. (foto/angga)

MANGUPURA, PODIUMNEWS.com – Di balik citra Bali sebagai surga wisata dunia, tersimpan kenyataan kelam yang memprihatinkan: angka bunuh diri di Pulau Dewata tercatat sebagai yang tertinggi di Indonesia. Ironisnya, mayoritas kasus justru terjadi pada laki-laki, yang kerap dicitrakan sebagai sosok kuat dalam budaya.

Fakta ini diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Komunitas Hipnoterapi Indonesia (PKHI), Ir Avifi Arka CHt, CI, saat membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dan pengukuhan pengurus PKHI se-Bali di Badung, Rabu (30/7/2025).

“Bali ini kan dikenal sebagai surga wisata. Tapi di balik itu, ternyata ada banyak kasus bunuh diri, dan sebagian besar dialami laki-laki,” ujar Avifi, yang akrab disapa Toha.

Menurutnya, fenomena ini tak bisa dianggap remeh. Ia menilai, ini adalah panggilan kemanusiaan bagi para praktisi hipnoterapi untuk hadir dan memberikan solusi nyata kepada masyarakat.

“Bagi saya, ini adalah panggilan untuk mewakafkan diri, mengabdi membantu masyarakat Bali,” tegasnya.

Toha menjelaskan, Bali memang dikenal terbuka terhadap budaya luar, namun keterbukaan ini tak serta merta menjamin ketangguhan mental masyarakat. Bahkan, bisa jadi menjadi pemicu lunturnya daya tahan batin ketika tidak disertai penguatan dari dalam.

Ia mencontohkan kasus di Golden Gate, Amerika Serikat, yang hingga kini masih dikenal sebagai salah satu lokasi bunuh diri terbanyak, meski sudah dilengkapi pengamanan hingga papan peringatan. “Intinya bukan di tempat, tapi pada kesadaran dan kondisi batin orang-orangnya,” katanya.

Sebagai pendekatan alternatif, PKHI mendorong hipnoterapi menjadi bagian dari strategi pencegahan. Menurutnya, hipnoterapi terbukti efektif membantu seseorang berdamai dengan trauma masa lalu, menerima kenyataan, dan menumbuhkan harapan masa depan.

“Hipnoterapi itu bekerja di tiga titik utama: pikiran, perasaan, dan perilaku. Di sinilah masalah-masalah mental sering muncul. Dan hipnoterapi bisa membantu mengurai simpul-simpul itu,” jelasnya.

Toha menegaskan bahwa hipnoterapi bukan untuk menggantikan peran psikolog atau psikiater. Ia menggunakan analogi pipa air: jika rusak harus dilas (obat psikiater), tapi jika tersumbat emosi negatif seperti kecewa atau takut, maka bisa dibersihkan lewat pendekatan emosional seperti hipnoterapi.

“Yang kita bantu adalah mereka yang buntu secara batin. Kami tidak masuk wilayah medis,” ujarnya.

Lebih lanjut, Toha menyebutkan bahwa teknik hipnoterapi kini juga diterapkan dalam berbagai bidang, seperti membantu anak menjelang ujian hingga mendampingi atlet di ajang kompetisi besar seperti PON. Menurutnya, rasa cemas kerap jadi musuh utama yang tak kasatmata.

“Kalau soal disiplin, atlet kita sudah punya. Tapi kalau lawannya rasa cemas lawan juara bertahan, itu yang harus diurai. Di situlah peran kami,” tambahnya.

Menutup pernyataannya, Toha menekankan pentingnya kolaborasi antara hipnoterapis, tenaga medis, dan pemerintah. PKHI, kata dia, memiliki STPT sah dan siap bersinergi untuk penanganan gangguan mental secara komprehensif.

“Jangan sampai surga wisata ini justru menjadi tempat orang mengakhiri hidupnya. Kita harus hadir sebagai bagian dari solusi,” pungkasnya.

(angga/sukadana)

Baca juga :
  • Perasaan Sensitif Bisa Jadi Gejala Gangguan Jiwa pada Lansia
  • Dinkes Denpasar Digitalisasi Rekomendasi Penelitian Lewat Sikomplit
  • Fasyankes di Bali Diminta Kelola Sampah Berbasis Sumber