Podiumnews.com / Aktual / Sosial Budaya

UNESCO Akui Surat Kartini, Kesetaraan Gender di Indonesia Masih Jadi PR Besar

Oleh Podiumnews • 20 Agustus 2025 • 22:44:00 WITA

UNESCO Akui Surat Kartini, Kesetaraan Gender di Indonesia Masih Jadi PR Besar
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi (foto: Kemenpppa)

JAKARTA, PODIUMNEWS.com - Pengakuan dunia terhadap surat-surat R.A Kartini sebagai Memory of the World (MoW) UNESCO pada 17 April 2025 dinilai sebagai capaian monumental bagi Indonesia. Namun, di balik pengakuan tersebut, kesetaraan gender di tanah air masih menghadapi tantangan besar.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengatakan penetapan arsip dan surat Kartini sebagai warisan dunia bukan sekadar administratif, melainkan simbolik, strategis, dan praktis. “Pemikiran progresif R.A Kartini tentang martabat, hak pendidikan, dan kesetaraan gender yang melampaui zamannya tetap relevan hingga kini,” ujarnya saat membuka Seminar dan Pameran Arsip di Gedung ANRI, Jakarta, Selasa (19/8/2025).

Meski demikian, Arifah mengingatkan perjuangan Kartini belum selesai. Data Kementerian PPPA menunjukkan masih banyak perempuan menghadapi keterbatasan akses pendidikan, ketidaksetaraan di dunia kerja, hingga tingginya angka kekerasan berbasis gender. “Ini bukan hanya menjaga sejarah, tetapi juga menghidupkan semangat perjuangan kesetaraan gender. Mari kita pastikan perempuan Indonesia mendapat akses dan kesempatan yang sama,” tegasnya.

Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Mego Pinandito, menambahkan penetapan surat Kartini oleh UNESCO juga menjadi bukti kolaborasi erat Indonesia–Belanda dalam melestarikan arsip sejarah. Namun ia menekankan bahwa warisan ini hanya akan bermakna jika mampu mendorong kesadaran publik akan pentingnya kesetaraan gender. “Arsip ini bukan sekadar koleksi, melainkan bukti nyata bagaimana gagasan seorang perempuan bisa memengaruhi peradaban,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut pengakuan UNESCO adalah kebanggaan sekaligus tanggung jawab besar. “Kartini menulis 179 surat di usia muda yang menginspirasi gerakan emansipasi. Dunia kini mengakui warisan intelektual Indonesia. Pertanyaannya, apakah kita sudah benar-benar mewujudkan cita-cita kesetaraan itu di dalam negeri?” katanya.

Pengakuan UNESCO atas surat-surat Kartini menegaskan pentingnya peran perempuan dalam sejarah bangsa. Namun, di sisi lain, hal ini juga menjadi pengingat bahwa pekerjaan rumah untuk mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia masih panjang.

(riki/sukadana)