Search

Home / Aktual / Kesehatan

Penderita Demensia di Indonesia Diperkirakan Tembus 4 Juta

Nyoman Sukadana   |    27 September 2025    |   04:20:00 WITA

Penderita Demensia di Indonesia Diperkirakan Tembus 4 Juta
Ilustrasi lansia memegang kepala dengan latar siluet otak, simbol gangguan memori dan risiko demensia yang meningkat. (podiumnwes)

YOGYAKARTA, PODIUMNEWS.com - Jumlah penderita demensia di Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup penduduk. Saat ini tercatat sekitar 1,2 juta orang mengalami gangguan degeneratif otak tersebut. Angka ini diperkirakan melonjak hampir empat kali lipat menjadi 4 juta orang pada 2050.

Demensia, atau sering disebut pikun, bukan sekadar lupa biasa. Penyakit ini terjadi akibat kerusakan sel saraf otak yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, disertai perubahan perilaku, emosi, hingga motivasi. Data menunjukkan lebih dari 20 persen lansia di Indonesia mengalami gangguan memori yang dapat berkembang menjadi demensia.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Dr dr Probosuseno, SpPD-KGer, SE MM menegaskan kondisi ini harus dipahami sebagai masalah serius. “Pikun itu bukan sekadar lupa biasa. Ketika seseorang sudah lupa hal-hal mendasar dalam kehidupan sehari-hari, kondisi itu masuk kategori demensia berat,” jelasnya dalam talkshow Kenali dan Cegah Alzheimer di acara Pasar Krempyeng Guyub Rukun, pelataran Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Rabu (24/9/2025).

Ia menjelaskan, risiko demensia meningkat tajam seiring bertambahnya usia. Selain faktor usia, sejumlah pemicu lain turut mempercepat kerusakan otak, mulai dari obesitas, kadar lemak darah tinggi, kurang tidur, hingga gaya hidup tidak sehat. “Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol mempercepat proses terjadinya demensia. Penyakit hipertensi dan diabetes juga menjadi pemicu utama,” ungkapnya.

Faktor keturunan memang berperan, namun porsinya relatif kecil, sekitar 20 persen. Sementara itu, infeksi tertentu seperti cacar api (herpes zoster) yang menyerang otak juga dapat menyebabkan kerusakan saraf hingga berujung pada alzheimer.

Untuk mencegah demensia, Probo menekankan pentingnya menjaga kesehatan otak melalui aktivitas intelektual. Ia menyarankan masyarakat, khususnya lansia, agar membiasakan membaca, menulis, mendengarkan, dan menerangkan, sehingga otak terlatih dengan baik. “Repetisi melahirkan stimulasi intelektual yang sangat penting untuk menjaga fungsi otak,” katanya.

Selain itu, konsumsi makanan bergizi juga berperan besar, khususnya sayuran, buah kaya antioksidan, serta cukup minum air. Probo mencontohkan buah jeruk sebaiknya dimakan dengan serat putihnya karena membantu menurunkan kadar lemak jahat.

Ia juga menekankan peran aktivitas spiritual seperti sholat, puasa, dan sedekah yang membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres. Sementara aktivitas seni seperti menyanyi, menulis puisi, hingga olahraga seni bela diri juga dapat memperlambat penurunan fungsi otak.

“Supaya kadar gula darah tetap normal, lakukan olahraga ringan seperti jalan kaki atau bersepeda. Jangan lupa mengontrol tekanan darah dan berat badan dengan mengatur pola makan yang sehat. Sulit memang mengurangi santan, gorengan, dan tepung, tetapi ini penting untuk kesehatan otak,” pungkasnya.

Acara Pasar Krempyeng Rebo Wage RSA UGM sendiri turut menghadirkan Gebyar Senam Lansia, demo masak inovasi pangan berbahan talas, pemeriksaan kesehatan gratis, hingga terapi sujok. Kegiatan ini diharapkan menjadi sarana edukasi sekaligus upaya menjaga kesehatan masyarakat, khususnya kelompok usia lanjut.

(riki/sukadana)

Baca juga :
  • Posyandu Paripurna Jadi Garda Pemulihan Pascabencana Denpasar
  • Jembrana Masih Zona Merah Rabies, Ratusan Kasus Gigitan Tiap Bulan
  • Kemenkum Bali dan Badung Bahas Manfaat Tambahan Jaminan Kesehatan