Mahasiswa Undiksha Hadirkan Terapi Kenangan untuk Lansia Alzheimer di Buleleng
INGATAN adalah harta berharga yang kerap memudar seiring usia. Bagi para lansia penderita Alzheimer, memori masa lalu sering hilang begitu saja, meninggalkan ruang kosong yang memengaruhi aktivitas sehari-hari hingga interaksi sosial.
Menjawab tantangan tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) menghadirkan program pengabdian bertajuk Tak Ingin Lupakanmu: Meningkatkan Kognitif Lansia Penderita Alzheimer di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati melalui Reminiscence Therapy.
Ketua Tim, Ni Made Pradnyan Wulan Andini, menjelaskan bahwa program ini merupakan ikhtiar inovatif yang memadukan ilmu pengetahuan, kepedulian sosial, dan sentuhan emosional. “Dengan terapi berbasis kenangan, para lansia diajak kembali menghidupkan potongan memori masa lalu melalui aktivitas yang menyenangkan dan penuh makna,” kata Wulan Andini, Senin (22/9/2025).
Alzheimer dan Tantangannya
Alzheimer merupakan penyakit yang menyerang sel-sel otak hingga menyebabkan penurunan kemampuan kognitif. Dampaknya tidak ringan, mulai dari kesulitan mengingat sesuatu, lupa menaruh benda, hingga sulit berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini kerap membuat lansia merasa terasing dan menimbulkan beban bagi keluarga maupun lingkungan sekitarnya.
“Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai Alzheimer membuat jumlah kasus terus meningkat. Penanganan tidak cukup hanya melalui aspek medis, tetapi juga perlu pendekatan psikososial untuk menjaga kualitas hidup lansia. Inilah celah yang coba dijembatani lewat program Tak Ingin Lupakanmu,” ujar Wulan Andini.
Program ini dipersiapkan sejak Juli 2025 dan mulai berjalan pada 30 Juli hingga 19 September di PSTW Jara Mara Pati, Buleleng. Tim terdiri atas lima mahasiswa lintas program studi: Ni Made Pradnyan Wulan Andini, Luh Tia Agustini, Ni Kadek Rika Pramudya, Marisa Hilmatussa’adah, dan Ni Kadek Wahyu Lestari Sudiasih. Mereka berasal dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Bimbingan dan Konseling, serta Kedokteran. Kolaborasi lintas disiplin menjadi kekuatan utama dalam merancang terapi yang menyentuh aspek kognitif, emosional, dan sosial.
Aktivitas Penuh Kegembiraan
Terapi reminiscence dijalankan dalam lima tahapan yang dinamai unik: Tak Ingin Lupa Kepercayaan, Tak Ingin Lupa Keterbukaan, Tak Ingin Lupa Refleksi Pengalaman, Tak Ingin Lupa Makna, dan Tak Ingin Lupa Integrasi Pengalaman.
Melalui tahapan tersebut, para lansia tidak hanya diajak mengenang masa lalu, tetapi juga membangun kembali kepercayaan diri, membuka diri, serta menemukan makna dalam pengalaman hidup. “Diskusi santai mengenai kenangan masa lalu menjadi jembatan untuk mempererat hubungan sosial antar penghuni panti,” ujar Wulan Andini, mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha.
Selain diskusi, program juga menghadirkan aktivitas menyenangkan seperti senam, bermain, menari, hingga menonton bersama. Aktivitas tersebut dirancang untuk menstimulasi otak sekaligus menciptakan suasana penuh kegembiraan.
“Kami ingin membantu lansia agar lebih mudah menjalani aktivitas sehari-hari, menemukan makna dan kebersamaan di antara sesama penghuni, sehingga terbentuk hubungan yang harmonis,” tambahnya.
Dengan perpaduan aktivitas fisik, mental, dan sosial, terapi ini tidak hanya menumbuhkan kembali daya ingat, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan. Lansia didorong untuk saling berbagi cerita, tertawa, dan merasakan kembali kehangatan ikatan emosional.
Program yang berlangsung selama empat bulan ini mendapat bimbingan dari dosen pendamping, Dr Putu Nanci Riastini. Kehadirannya memastikan kegiatan berjalan sesuai nilai-nilai edukatif dan partisipatif.
“Mahasiswa belajar menerapkan ilmu sambil memupuk empati, kesabaran, dan tanggung jawab sosial. Lansia pun memperoleh manfaat yang lebih terarah,” kata Nanci Riastini.
Kegiatan yang berakhir pertengahan September ini diharapkan memberi dampak jangka panjang bagi para lansia di PSTW Jara Mara Pati. Selain memberi manfaat nyata bagi peserta, pengalaman ini juga memperkaya pemahaman mahasiswa tentang pentingnya inovasi sosial dalam kesehatan mental.
“Dengan meningkatnya kesadaran publik, penanganan Alzheimer diharapkan bisa lebih komprehensif dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat,” tutup Wulan Andini.
(angga/sukadana)