Search

Home / Khas / Kesehatan

Mahasiswa Undiksha Bantu Redakan Trauma Remaja Korban Kekerasan

Nyoman Sukadana   |    23 September 2025    |   18:52:00 WITA

Mahasiswa Undiksha Bantu Redakan Trauma Remaja Korban Kekerasan
Mahasiswa Undiksha mendampingi remaja dalam kegiatan konseling dan terapi bermain di Panti Asuhan Ananda Seva Dharma Buleleng.

SENYUM remaja korban kekerasan kerap pudar karena trauma mendalam. Melalui program Merangkai Senyum Baru, mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) berusaha menjahit kembali keceriaan itu dengan konseling kelompok dan terapi bermain.

Kekerasan terhadap anak dan remaja masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Tidak hanya menimbulkan luka fisik, kekerasan juga bisa memicu trauma berkepanjangan berupa Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Kondisi ini sering dialami remaja korban kekerasan rumah tangga maupun perceraian, hingga akhirnya menutup diri, kehilangan keceriaan, dan kesulitan menjalin hubungan sosial.

Melihat fenomena tersebut, sekelompok mahasiswa Undiksha menghadirkan program kreatif untuk membantu remaja bangkit. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM), mereka meluncurkan program bertajuk Merangkai Senyum Baru: Upaya Meminimalkan PTSD pada Remaja Korban Kekerasan di Panti Asuhan Ananda Seva Dharma.

Program dipimpin oleh Ni Wayan Ari Mascini bersama tiga rekannya, Putu Ayu Nopitayanti, Gusti Ayu Putu Laksmi Nityananda, dan Ni Wayan Cindy Amelia Putri. Mereka berasal dari dua program studi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar serta Bimbingan Konseling, yang berpadu dalam satu misi sosial: membantu remaja bangkit dari trauma.

Pendekatan Terapi Unik

Menurut para peneliti, PTSD merupakan gangguan kecemasan yang muncul setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis, mulai dari pelecehan seksual, kekerasan fisik, kecelakaan lalu lintas, hingga bencana alam. Namun, kasus yang paling sering memicu PTSD pada remaja adalah kekerasan dalam rumah tangga.

“Kondisi ini, jika tidak ditangani, dapat mengganggu tumbuh kembang mereka. Trauma yang berlarut-larut membuat remaja kehilangan kepercayaan diri, enggan bersosialisasi, dan sulit membangun masa depan yang sehat,” ujar Ari Mascini, Selasa (23/9/2025).

Menjawab persoalan tersebut, tim PKM-PM Undiksha menghadirkan kombinasi konseling kelompok dengan play therapy. Pendekatan ini sengaja dipilih karena ramah bagi remaja sekaligus mampu mencairkan suasana saat mereka diajak mengungkapkan perasaan.

Program dirancang melalui enam tahapan yang diberi nama SENYUM: Sinergi, Eksplorasi, Nikmati, Yakinkan, Utuhkan, dan Mengatasi. Lewat tahapan ini, remaja diajak saling mendukung, berbagi cerita, dan menemukan kembali rasa percaya diri.

Selain konseling, kegiatan juga diisi aktivitas kreatif seperti menggambar, melukis kotak kenangan, hingga permainan sederhana yang menyenangkan. “Kami ingin merancang kegiatan yang dapat mendukung remaja meminimalkan tingkat PTSD, sehingga mereka bisa mengembangkan kemampuan antarpersonal,” kata Ari Mascini.

Dukungan Psikososial Berkelanjutan

Program Merangkai Senyum Baru berlangsung intensif selama tiga hingga empat bulan. Seluruh rangkaian didampingi langsung oleh dosen pembimbing, Dr. Putu Nanci Riastini, yang memastikan kegiatan sesuai nilai edukatif, partisipatif, dan inklusif.

“Pendekatan jangka panjang ini diharapkan memberi dampak nyata, bukan sekadar kegiatan seremonial. Dengan waktu cukup, para remaja di Panti Asuhan Ananda Seva Dharma punya kesempatan mengekspresikan diri dan menata kembali kepercayaan diri mereka,” ungkap Ari Mascini.

Program ini juga sejalan dengan komitmen Undiksha dalam mendukung kesetaraan gender, perlindungan hak anak, dan pemberdayaan remaja. Fokus diarahkan pada remaja korban kekerasan yang selama ini kerap terabaikan.

Meski masih berjalan, sejumlah remaja peserta sudah menunjukkan perubahan positif. Mereka lebih terbuka saat konseling, berani bercerita, dan mulai mengekspresikan diri melalui karya seni. Aktivitas menggambar dan melukis kotak kenangan menjadi media sederhana untuk melepaskan beban emosional.

Keberhasilan awal ini menunjukkan pendekatan psikososial berbasis kreativitas efektif membantu pemulihan trauma remaja. Tim Undiksha optimistis hasil program bisa dikembangkan lebih luas di masa depan untuk membantu korban kekerasan di berbagai daerah.

Kekerasan pada anak dan remaja memang tidak bisa diberantas hanya dengan satu program. Namun, inisiatif kecil seperti Merangkai Senyum Baru memberi secercah harapan. Bagi mahasiswa Undiksha, program ini juga menjadi pengalaman berharga untuk mengabdikan ilmu mereka langsung di masyarakat.

“Dengan keberlanjutan program serupa, semakin banyak remaja diharapkan mampu bangkit dari trauma dan menemukan kembali senyum mereka,” pungkas Ari Mascini.

(angga/sukadana)

Baca juga :
  • Berutang, Wajar atau Gangguan Mental?
  • Ketika Janji Bupati Tiba di Sisi Ranjang
  • Minyak Cukil, Usada Bali dari Kedalaman Laut