Podiumnews.com / News / Hot Issue

Kritik Pedas Anak Pejabat: ‘Mabuk Agama’ Bikin Indonesia Korupsi?

Oleh Nyoman Sukadana • 09 November 2025 • 01:41:00 WITA

Kritik Pedas Anak Pejabat: ‘Mabuk Agama’ Bikin Indonesia Korupsi?
ILUSTRASI tangan mengetik opini di ponsel, menggambarkan bagaimana kritik tajam generasi muda lahir dari ruang digital yang dinamis. (podiumnews)

PODIUMNEWS.com – Jagat media sosial kembali diguncang oleh pernyataan frontal Yudo Sadewa, putra dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Melalui video singkat yang diunggahnya, Yudo melontarkan kritik keras dan provokatif, menyebut bahwa orang Indonesia saat ini mengalami fenomena "mabuk agama sekaligus tidak beragama." Pernyataan kontroversial ini segera viral di TikTok dan X (Twitter), membelah opini publik menjadi dua kutub: pro dan kontra.

Inti Kritik yang Menohok: Istilah "mabuk agama" yang dimaksud Yudo bukanlah serangan terhadap keyakinan, melainkan kritik terhadap kemunafikan religius dan praktik seremonial yang dianggapnya dangkal. Menurut Yudo, banyak masyarakat yang terlalu menonjolkan simbol dan ritual keagamaan (mabuk agama), namun gagal memahami esensi ajaran (tidak beragama).

Kritik ini dikaitkan Yudo langsung dengan masalah sosial di Indonesia, termasuk maraknya korupsi dan tindak kejahatan lainnya. Ia menyoroti paradoks: Indonesia dikenal sangat religius, tetapi inkonsistensi dalam menjalankan ibadah dan minimnya moralitas praktis justru melahirkan kejahatan. Yudo menekankan pentingnya menyeimbangkan keyakinan dengan ilmu pengetahuan dan logika agar pemahaman agama menjadi kuat dan utuh.

Reaksi Publik dan Risiko: Video ini sontak memicu perdebatan sengit. Sejumlah besar netizen mendukung pandangan Yudo, menyebutnya sebagai kritik yang jujur, berani, dan relevan dengan kondisi sosial saat ini. Mereka merasa tersentil oleh kritik terhadap performative religion (beragama hanya untuk penampilan).

Namun, tidak sedikit pula yang menganggap Yudo terlalu provokatif dan khawatir ucapannya dapat menjadi bumerang, tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi karier ayahnya sebagai pejabat Kemenkeu. Isu agama adalah isu yang sangat sensitif di Indonesia, sehingga kritik sekritis ini rentan disalahpahami sebagai bentuk penghinaan.

Fenomena ini kembali membuka ruang diskusi publik mengenai hubungan antara religiusitas, moralitas, dan tanggung jawab sosial, sekaligus menyoroti keberanian generasi muda dalam menyuarakan kritik terhadap isu yang selama ini dianggap tabu.

Catatan Redaksi
Pernyataan Yudo Sadewa mengenai `mabuk agama` adalah cerminan atas kegelisahan generasi muda terhadap jurang lebar antara klaim moralitas publik dengan praktik moralitas yang sebenarnya terjadi di tengah masyarakat. Redaksi melihat substansi kritiknya sebagai ajakan penting untuk introspeksi diri: bahwa agama seharusnya menjadi fondasi moral dan bukan sekadar identitas simbolik.

Namun, karena isu ini sangat sensitif, penting bagi netizen maupun pembuat konten untuk menggunakan diksi yang cermat dan tidak menghakimi, agar diskusi yang bertujuan baik tidak berujung pada perpecahan atau dugaan penistaan. Keberanian berpendapat harus dibarengi dengan kepekaan kultural yang tinggi. (*)

(sukadana)