Podiumnews.com / Aktual / Kesehatan

Kemenkes Akui 80 Persen Bahan Baku Obat Masih Impor

Oleh Nyoman Sukadana • 09 November 2025 • 20:38:00 WITA

Kemenkes Akui 80 Persen Bahan Baku Obat Masih Impor
ILUSTRASI para peneliti biofarmasi bekerja di laboratorium modern, menggambarkan upaya memperkuat kemandirian obat dan ketahanan kesehatan nasional. (podiumnews)

YOGYAKARTA, PODIUMNEWS.com – Indonesia dihadapkan pada tantangan besar dalam mencapai kemandirian kesehatan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengakui bahwa industri farmasi nasional kini masih sangat bergantung pada pasokan dari luar negeri, dengan kurang lebih 80 persen bahan baku obat masih mengandalkan impor.

Isu krusial ini menjadi pembahasan utama dalam Indonesia Biopharmaceutical Summit (IBS) 2025 dengan pesan “Shaping the Future of Biopharma in Indonesia” yang digelar di Fakultas Farmasi UGM pada 6–7 November 2025.

Direktur Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Dr Jeffri Ardiyanto, menyatakan bahwa upaya untuk memperkuat ketahanan kesehatan harus segera dilakukan. Menurutnya, kebutuhan akan obat dan alat kesehatan perlu segera diatasi seiring dengan berkembangnya kebutuhan farmasi nasional akibat perubahan pola penyakit.

"Memang kebutuhan akan obat dan alat kesehatan ini perlu segera diatasi seiring kebutuhan farmasi nasional berkembang karena perubahan pola penyakit," ujar Dr Jeffri.

Ia menjelaskan bahwa dalam satu dekade terakhir terjadi pergeseran penyakit dominan dari menular menjadi penyakit tidak menular, seperti stroke, jantung, dan diabetes. Kemenkes mencatat belanja kesehatan nasional mencapai sekitar Rp200 triliun per tahun, yang sebagian besar digunakan untuk sektor farmasi termasuk pengadaan obat secara lokal.

Meskipun ketergantungan impor masih tinggi, industri biofarmasi Indonesia menunjukkan kemajuan. Produk-produk seperti enoxaparin, insulin glargine, dan EPO kini telah berhasil diproduksi di dalam negeri, dengan target pengembangan lanjut pada vaksin rubella, dengue, HPV, dan TB.

Kunci untuk menekan angka impor ini, menurut Miles Shi PhD dari PT Etana Biotechnologies Indonesia, terletak pada pengelolaan empat pilar utama secara terpadu, yaitu regulasi, rantai pasok, pengembangan talenta, dan efisiensi biaya. Miles menegaskan pentingnya kolaborasi erat antara industri, akademisi, dan pemerintah, termasuk BPOM, agar inovasi riset dapat segera diproduksi dan dipasarkan secara legal.

Dengan adanya forum IBS 2025 ini, diharapkan terbuka peluang kerja sama strategis yang dapat mempercepat swasembada bahan baku obat dan mewujudkan ketahanan kesehatan Indonesia.

(riki/sukadana)