Podiumnews.com / Aktual / Edukasi

Sosiolog Soroti ‘Pengemis Online’ Hingga Eksploitasi Lansia

Oleh Podiumnews • 18 Januari 2023 • 17:16:00 WITA

Sosiolog Soroti ‘Pengemis Online’ Hingga Eksploitasi Lansia
ilustrasi pengemis- (foto/ shutterstock)

FENOMENA maraknya ‘pengemis online’ di platform media sosial TikTok mendapat sorotan dari berbagai pihak termasuk kalangan akademisi.

Sebagaimana diketahui ‘pengemis online’ ini dilakukan oleh kreator konten dengan mengeksploitasi diri sendiri hingga orang lain untuk mendapatkan hadiah. Aksi mereka pun beragam Mulai dari mandi lumpur, berendam di air kotor, hingga mengguyurkan diri dengan air dingin selama berjam-jam.

Parahnya, tak jarang dalam aksi mereka juga menjadikan orang tua dan lansia sebagai objek eksploitasi.

Menurut Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Prof Bagong Suyanto, substansi yang lakukan ‘pengemis online’ tidaklah berbeda dengan pengemis biasanya. Yaitu, meminta belas kasihan orang lain agar ia mendapatkan sesuatu.

“Itu adalah bentuk kreativitas karena menghadapi situasi yang semakin kompetitif. Jadi mengemis ini tidak mudah, makin banyak saingan. Sehingga mereka perlu berkreasi untuk mendapatkan belas kasihan masyarakat untuk memberikan amal karitatifnya,” jelas Bagong pada Rabu (18/1) di Surabaya.

Selain itu, Prof Bagong juga menyoroti tentang fenomena kesenangan yang timbul akibat melihat orang menderita. Dalam platform tersebut, masyarakat akan memberi lebih banyak kalau si pengemis ‘tersiksa’ lebih besar, seperti mengguyur lebih banyak hingga berendam lebih lama.

Eksploitasi orang tua

Dari fenomena tersebut pun, ia mengecam adanya kreator konten yang mencoba mengeksploitasi orang tua mereka yang sudah lansia. Menurutnya, di belakang layar akan banyak anak muda yang berperan, terutama dalam mengoperasikan media sosial tersebut.

“Itu yang harus ditangkap. Ini masuk kategori orang yang bukan karena terpaksa tapi justru dia mengeksploitasi penderitaan orang-orang yang tidak berdaya (lansia, red) untuk memperkaya dirinya sendiri,” tegasnya.

Perihal fenomena tersebut, ia mendesak pemerintah harus mampu melakukan perang wacana. Sebabnya, ‘pengemis online’ tidak bisa ditindak seperti halnya pengemis pada umumnya dengan bantuan Dinas Sosial atau Satpol PP. Prof Bagong menegaskan, biar masyarakat yang akan menghakimi hal tersebut dengan cara tidak menyumbang atau tidak menonton konten tersebut.

Jangan stigma orang miskin

Selain itu ia juga meminta pemerintah dan masyarakat bertindak adil dan tidak menstigma negatif terhadap orang miskin. Sebab, banyak juga masyarakat miskin yang perlu bantuan sehingga terpaksa untuk mengemis. Penindakan keras justru dilakukan kepada orang yang memanfaatkan masyarakat miskin untuk kekayaan pribadi.

“Ini harus dipilah, kita tidak bisa menghakimi semuanya salah. Harus dilihat siapa yang melakukan karena dia butuh hidup? Itu tidak masalah. Inikan sama seperti artis yang membuka donasi terbuka, kan sama. Lah kenapa kalau artis tidak dikecam, orang miskin dikecam?” serunya. (dev/sut)