Podiumnews.com / Aktual / Edukasi

Anak Kebutuhan Khusus Diajar Menulis Lontar

Oleh Editor • 29 September 2023 • 19:59:00 WITA

Anak Kebutuhan Khusus Diajar Menulis Lontar
Siswa SLB Negeri 1 Buleleng mengikuti Workshop Menulis Lontar, pada Jumat (29/9/2023) di Singaraja. (foto/suteja)

SINGARAJA, PODIUMNEWS.com –  Sebanyak sebelas anak berkebutuhan khusus di Buleleng mengikuti Workshop Menulis Lontar, pada Jumat (29/9/2023) di Aula Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Buleleng.

Kegiatan bertujuan mengenalkan tradisi menulis pada daun lontar dari kebudayaan Bali tersebut digelar Yayasan Mahima dengan penyuluh bahasa Bali Provinsi Bali serangkaian Singaraja Literary Festival.

Kepala Sekolah (Kepsek) SLB Negeri 1 Buleleng Made Winarsa menyambut baik atas dilaksanakannya workshop menulis dalam lontar yang digelar pertama kali di SLB Negeri 1 Buleleng dengan melibatkan anak tuna rungu bicara.

Kepsek Winarsa berharap adanya Workshop ini, anak berkebutuhan khusus yang ada di SLB Negeri 1 Buleleng akan terbiasa menulis aksara Bali di Lontar.

"Kebetulan di sekolah kami dapat pelajaran bahasa Bali yang menulis di kertas. Kami harap kegiatan ini terus berkelanjutan," harapnya.

Sementara itu, Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali, Putu Pertamayasa menjelaskan SLB Negeri 1 Buleleng yang menjadi sasaran workshop ini dikarenakan sering terlupakan di dalam kegiatan secara umum.

"Mereka jarang tersentuh yang sifatnya spesifik terutama tentang tradisi dan kebudayaan Bali," ungkapnya.

Lebih lanjut, Pertamayasa mengatakan Workshop yang digelar sekarang ini tidak berhenti sampai di sini saja. Melainkan ke depannya penyuluh Bahasa Bali akan terus mendorong anak-anak yang mempunyai keinginan untuk belajar lebih.

Pihaknya mengungkapkan workshop yang dilakukan di SLB Negeri 1 Buleleng menjadi tantangan baru dengan menyesuaikan menggunakan pola bahasa isyarat yang mudah dimengerti oleh anak berkebutuhan khusus.

Ia kemudian menjelaskan soal lama waktu dibutuhkan dalam penulisan pada lontar. Hal itu menurutnya sangat tergantung dengan panjang lontar dan teks yang ditulis. "Rata-rata dalam menulis untuk kalangan yang sering menulis mungkin satu jam bisa diselesaikan," ujarnya.

Selanjutnya ia berharap dari kegiatan workshop ini dapat mengingatkan anak-anak pada tradisi dan kekayaan sastra Bali yang merupakan warisan leluhur. Sehingga anak-anak dari generasi sekarang dan akan datang tetap mengenal untuk penulisan lontar.

“Menulis lontar bisa menjadi salah satu nilai ekonomi seperti menjadi tukang tulis, membaca, penyalin, dan menggambar,” ujarnya. (suteja)