Search

Home / Khas / Sosial Budaya

Dari Dibayar Pakai Sampah Raih Kalpataru

Editor   |    27 Juni 2024    |   16:37:00 WITA

Dari Dibayar Pakai Sampah Raih Kalpataru
Pj Gubernur Mahendra Jaya dan Anik Sugiani menunjukan trofi Kalpataru, Selasa (25/6/2024) di Denpasar. (foto/adhy)

SETIAP tindakan yang berdampak baik bagi kehidupan masyarakat, sepantasnyalah mendapatkan penghargaan setimpal.

Sebagaimana halnya ketekunan belasan tahun ditunjukan Komang Anik Sugiani yang melakoni pelestarian lingkungan hidup tanpa kenal lelah. Bahkan awalnya, ia hanya dibayar dengan menggunakan sampah.

Namun akhirnya semua itu berujung manis, atas dedikasinya ia diganjar penghargaan bergengsi Kalpataru 2024 kategori Perintis Lingkungan oleh pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, pada Rabu (5/6/2024) di Jakarta.

Penjabat (Pj) Gubernur Bali, SM Mahendra Jaya pun mengaku bangga terhadap prestasi diraih Anik Sugiani. Karena Bali kembali dapat memperoleh penghargaan Kalpataru.

Hal tersebut disampaikan Mahendra Jaya saat menerima Anik Sugiani di Kantor Gubernur Bali, Denpasar, pada Selasa (25/6/2024) sore.

“Saya sangat bersyukur, bangga dan terhormat atas apa yang sudah dicapai, tapi saya harap ini bukan ujung namun awal agar ke depan dapat menjaga alam Bali menjadi lebih baik,” kata Mahendra Jaya.

Ia menyampaikan bahwa Kalpataru merupakan penghargaan terkait pelestarian lingkungan yang sangat prestise, bahkan dahulu akan diarak keliling kota dan dibuatkan monumen ketika memperoleh penghargaan bergengsi itu.

Sementara itu, Anik Sugiani menyampaikan bahwa kepeduliannya kepada lingkungan sudah dimulai sejak tahun 2009 dan berlanjut terus hingga tahun 2020 dengan membentuk Yayasan Project Jyoti Bali (YPJB). Di mana melalui yayasan ini, ia memberikan pembelajaran gratis atau dibayar menggunakan sampah kepada anak-anak.

“Jadi kita mengedukasi bagaimana dari kecil kita arahkan mereka untuk pilah, olah dan kelola sampah untuk menjadi barang yang bernilai,” ungkapnya.

Di samping itu YPJB juga memberdayakan anak-anak, remaja dan ibu rumah tangga yang tidak bekerja untuk membuat produk dari sampah plastik serta mengolah sampah organik menjadi ekoenzim.

Saat ini Anik Sugiani tengah fokus mengembangkan pariwisata berbasis pertanian di Desa Kedis yaitu sawah ekoenzim. Tujuannya adalah untuk mengajak para petani untuk kembali ke sistem pertanian organik.

Serta juga akan lebih banyak mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pilah, olah dan kelola sampah melalui kegiatan safari sekolah yang menyasar anak-anak.

Di sisi lain, Pj Gubernur Bali menyampaikan bahwa pemilahan sampah harus dilakukan. “Tanpa dipilah ongkosnya mahal, biaya jauh lebih murah ketika telah dipilah,” kata birokrat asal Buleleng tersebut.

Biaya pengolahan sampah akan jauh lebih murah jika sampah telah terpilah dengan baik. Menurutnya seberapapun besar kekuatan fiskal pemerintah untuk pengolahan sampah, pasti akan jebol jika sampah tidak terpilah dengan baik.

Sedangkan Gede Praja Mahardika, founder Yayasan Sahabat Bumi Bali yang mendampingi Anik Sugiani menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.

Menurutnya Pemprov Bali merupakan pemerintahan daerah (Pemda) pertama yang mengeluarkan kebijakan terkait pengelolaan sampah melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 97 tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai dan Pergub Bali No 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. (adhy/suteja)


Baca juga: Kisah Mistis Pelinggih Mobil di Desa Sangket