Search

Home / Khas / Sosial Budaya

Sanggar Selendro Agung, Menyuarakan Tradisi di DPRD Badung

Nyoman Sukadana   |    28 Juli 2025    |   20:08:00 WITA

Sanggar Selendro Agung, Menyuarakan Tradisi di DPRD Badung
Anggota Sanggar Selendro Agung memainkan rindik saat paripurna DPRD Badung. (foto/angga)

SETIAP kali rapat paripurna DPRD Badung, Bali,  digelar, ada yang menarik perhatian banyak orang yang datang ke gedung DPRD, yaitu sekelompok pemuda memainkan alat musik tradisional Bali di depan ruang masuk gedung.

Suara gamelan rindik, selonding atau gender wayang yang mereka mainkan menghadirkan atmosfer khas Bali yang menenangkan, memberikan suasana syahdu sebelum rapat dimulai.

Mereka berasal dari Sanggar Selendro Agung, yang berlokasi di Banjar Saren, Sibangkaja, Badung. Keikutsertaan mereka dalam setiap rapat DPRD Badung merupakan bagian dari kerjasama yang telah terjalin antara Sanggar Selendro Agung dan Dinas Kebudayaan Badung.

Sanggar ini bukan sekadar tempat latihan, tetapi telah menjadi bagian dari upaya melestarikan seni dan budaya Bali, khususnya dalam bidang kerawitan. Setiap penampilan mereka, terutama dalam acara resmi seperti rapat DPRD Badung, bukan hanya untuk mengisi waktu, tetapi juga untuk mengenalkan dan menjaga warisan budaya Bali agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.

Sanggar Selendro Agung, yang didirikan oleh I Wayan Mulyadi S.Sn, M.Sn, seorang seniman dan penggiat budaya Bali, telah lama menjadi rumah bagi seniman-seniman muda Bali yang ingin mendalami seni kerawitan. Bersama Ketua Sanggar Selendro Agung, I Nyoman Esna Parhita Putra, sanggar ini terus memperkenalkan dan melestarikan seni tradisional Bali, baik melalui pelatihan rutin maupun penampilan di berbagai event budaya.

Menurut I Made Adi Suyoga Adnyana, S.Sn, pembina Sanggar Selendro Agung, sanggar ini berperan aktif dalam berbagai kegiatan budaya di Bali, termasuk dalam acara-acara resmi seperti rapat DPRD Badung, selain sering tampil pada Pesta Kesenian Bali (PKB).

"Kami merasa bangga bisa berpartisipasi dalam acara-acara besar seperti rapat DPRD. Penampilan kami di sana bukan hanya untuk mengisi waktu, tetapi juga untuk menjaga dan melestarikan seni Bali," ungkapnya, Senin (28/7/2025).

Selain itu, I Made Adi Suyoga Adnyana juga menambahkan, "Melalui penampilan kami, kami ingin mengajak masyarakat untuk lebih mengenal dan mencintai budaya Bali, khususnya dalam hal seni kerawitan, yang merupakan warisan turun-temurun."

Setiap kali rapat DPRD Badung diselenggarakan, anggota Sanggar Selendro Agung tampil mengiringi acara dengan musik tradisional Bali. Mereka memainkan alat musik seperti rindik, gender, dan selonding yang dikenal dengan irama khas Bali yang menenangkan. Penampilan ini dimulai sejak tamu mulai memasuki gedung rapat dan berakhir saat rapat dimulai, kemudian mereka kembali tampil setelah acara selesai.

Keikutsertaan mereka bukan hanya sekadar pengisi acara, tetapi juga sebagai bentuk pengabdian untuk melestarikan budaya Bali. "Setiap penampilan kami di acara-acara seperti ini adalah kesempatan untuk memperkenalkan seni Bali kepada masyarakat, khususnya generasi muda," ujar I Nyoman Esna Parhita Putra, Ketua Sanggar Selendro Agung.

Melestarikan Seni Kerawitan Bali

Anggota Sanggar Selendro Agung terdiri dari dua kategori: pertama, anggota yang terlibat dalam kelas reguler yang mengikuti pelatihan musik tradisional Bali secara rutin, seperti selonding, gender wayang dan rindik. Kedua, anggota yang sudah berpengalaman dalam seni kerawitan Bali. Sanggar ini juga membuka kesempatan bagi masyarakat umum untuk bergabung dan belajar bersama.

Meski banyak anggota sanggar yang juga memiliki pekerjaan lain, hal ini tidak mengurangi keseriusan mereka dalam berkesenian. "Meskipun kami memiliki kesibukan lain, kami tetap berkomitmen untuk berlatih dan berkontribusi dalam setiap acara yang ada. Kami ingin terus menjaga seni ini agar tetap relevan di masa depan," kata I Nyoman Esna Parhita Putra, Ketua Sanggar Selendro Agung.

Salah satu nilai yang dijunjung tinggi oleh Sanggar Selendro Agung adalah profesionalisme. Meskipun banyak anggota yang juga bekerja di luar seni, mereka tetap menempatkan kualitas penampilan sebagai prioritas.

"Profesionalisme adalah kunci untuk setiap penampilan yang kami lakukan. Kami selalu mempersiapkan diri dengan baik agar penampilan kami bisa berjalan lancar dan sesuai harapan," kata I Made Adi Suyoga Adnyana.

Bagi mereka, menjaga kualitas pertunjukan bukan hanya tentang teknis, tetapi juga tentang penghargaan terhadap seni yang mereka mainkan. Setiap penampilan di acara besar seperti rapat DPRD Badung menjadi peluang bagi mereka untuk menunjukkan betapa kayanya budaya Bali, sekaligus menjaga tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.

Ke depan, Sanggar Selendro Agung berharap bisa terus berkembang dan lebih dikenal luas. Mereka tidak hanya ingin berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Bali, tetapi juga ingin mengikuti berbagai event budaya di luar Bali.

"Kami ingin agar seni kerawitan Bali bisa dikenal lebih luas lagi, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Kami terus berinovasi dan berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap penampilan kami," kata I Wayan Mulyadi, pendiri Sanggar Selendro Agung.

Selain itu, mereka juga berharap bisa memberikan ruang lebih banyak bagi generasi muda Bali untuk belajar dan berlatih seni tradisional. Dengan cara ini, mereka percaya bahwa budaya Bali akan terus hidup dan berkembang, meskipun zaman terus berubah.

Sanggar Selendro Agung merupakan contoh nyata dari bagaimana seni tradisional Bali bisa bertahan dan berkembang dalam kehidupan modern. Melalui dedikasi dan komitmen para penggurus sanggar, I Wayan Mulyadi, I Nyoman Esna Parhita Putra, dan I Made Adi Suyoga Adnyana, sanggar ini terus menjaga dan melestarikan seni kerawitan Bali. Setiap penampilan mereka, baik di acara DPRD Badung atau di event lainnya, menunjukkan bahwa seni Bali masih sangat relevan dan hidup, siap menyapa dunia dengan keindahannya yang mendalam. (*)

(angga/sukadana) 

Baca juga :
  • Edibud dan Harmoni Bambu dari Alasangker
  • Bonk Ava, Suarakan Luka Lewat Puisi dan Lukisan
  • Pagi Setelah Penyelamatan: Wajah-Wajah Pahlawan Pabuahan