DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Kabar kurang sedap kembali menghantam perekonomian nasional. Nilai tukar rupiah yang terus menunjukkan pelemahan terhadap mata uang asing kini menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi masyarakat. Dampak langsung dari kondisi ini diperkirakan akan segera terasa di kantong-kantong warga, mengancam stabilitas keuangan rumah tangga. Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Imron Mawardi, sebelumnya telah mewanti-wanti bahwa pelemahan rupiah akan meningkatkan biaya impor bahan baku industri. Implikasinya, harga berbagai jenis barang, mulai dari elektronik hingga kebutuhan sehari-hari yang bergantung pada komponen impor, berpotensi mengalami kenaikan signifikan. "Ketika rupiah melemah, biaya impor menjadi lebih mahal, terutama untuk bahan baku industri. Ini akan berdampak pada harga produksi, yang kemudian menyebabkan inflasi cost-push," ujar Prof Imron melalui keterangan pers, Senin (21/4/2025). Kondisi ini tentu menjadi pukulan telak bagi daya beli masyarakat. Di tengah berbagai tantangan ekonomi yang sudah ada, potensi lonjakan harga barang akan semakin mempersempit ruang gerak keuangan keluarga. Anggaran belanja yang sudah ketat terancam semakin tergerus, membuat masyarakat harus lebih pintar-putar dalam mengelola pengeluaran. Tidak hanya barang impor, produk-produk lokal pun berpotensi ikut terkerek harganya. Jika industri dalam negeri masih mengandalkan bahan baku impor, kenaikan biaya produksi akan mau tidak mau diteruskan kepada konsumen. Alhasil, dompet warga dari berbagai lapisan ekonomi terancam "jebol" akibat pengeluaran yang membengkak. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan meredam potensi inflasi. Kebijakan yang mendorong ekspor, menarik investasi asing, serta intervensi pasar valuta asing menjadi krusial untuk memulihkan kepercayaan pasar dan menjaga stabilitas ekonomi. Di sisi lain, masyarakat juga diimbau untuk tidak panik dan mengambil langkah-langkah yang justru memperburuk situasi, seperti membeli dolar secara berlebihan. Mengutamakan produk dalam negeri juga menjadi salah satu cara sederhana namun efektif untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan mendukung perekonomian nasional. Kondisi "rupiah loyo" ini menjadi pengingat akan pentingnya stabilitas ekonomi bagi kesejahteraan seluruh warga negara. Kerja sama dan langkah-langkah strategis dari pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci untuk mencegah agar pelemahan rupiah tidak semakin "menjebolkan" dompet rakyat Indonesia. (riki/suteja)
Baca juga:
Indonesia Menjadi Mesin Ekonomi Utama di Asia Tenggara