PULAU Dewata, Bali, sekali lagi membuktikan dirinya sebagai permata pariwisata yang tak lekang dimakan zaman. Di tengah lanskap pariwisata global yang terus berubah dan persaingan destinasi yang semakin sengit, Bali nyatanya masih menjadi buah bibir dan tujuan utama bagi pelancong mancanegara. Testimoni terbaru dari Konsulat Jenderal Australia, yang mencatat rekor kunjungan warganya hingga 1,5 juta orang pada tahun 2024, menjadi penanda betapa kuatnya daya tarik pulau ini di mata internasional. Pengakuan dari perwakilan negara tetangga seperti Timor Leste, yang secara terbuka menyampaikan rasa aman dan nyaman warganya selama beraktivitas di Bali, semakin memperkuat citra positif ini. Bahkan, keinginan Timor Leste untuk belajar dari pengelolaan pariwisata berbasis budaya ala Bali menunjukkan bahwa kearifan lokal dan keunikan tradisi Pulau Dewata menjadi daya pikat yang sulit ditandingi. Namun, popularitas yang terus terjaga ini bukanlah tanpa tantangan. Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster menyadari betul bahwa keberlanjutan daya tarik ini memerlukan kerja keras dan kebijakan yang visioner. Fokus pada pembangunan infrastruktur yang memadai, penanganan isu krusial seperti sampah, serta penertiban oknum wisatawan asing yang merusak citra Bali, adalah langkah-langkah penting yang patut diapresiasi. Kebijakan tourism levy, yang didukung penuh oleh Konjen Australia, menjadi contoh bagaimana Bali berupaya untuk mengelola dampak pariwisata secara bertanggung jawab. Dana yang terkumpul diharapkan dapat digunakan untuk pelestarian kebudayaan dan lingkungan alam Bali, dua pilar utama yang selama ini menjadi fondasi pariwisata pulau ini. Meski demikian, tantangan ke depan tidaklah ringan. Bali perlu terus berinovasi dan beradaptasi dengan tren pariwisata global yang semakin mengedepankan keberlanjutan, pengalaman otentik, dan digitalisasi. Ketergantungan yang terlalu besar pada satu atau dua pasar wisatawan juga perlu dipertimbangkan untuk diversifikasi. Pemerintah daerah, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat Bali secara keseluruhan memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pariwisata ini. Jangan sampai popularitas yang tinggi justru menggerus keunikan budaya dan kelestarian alam yang menjadi modal utama. Bali telah membuktikan dirinya mampu bertahan dan tetap relevan di panggung pariwisata internasional. Namun, mempertahankan posisi ini memerlukan visi yang jelas, tindakan yang tegas, dan kolaborasi yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan. Magnet Bali harus terus dipelihara agar tetap bersinar terang di tengah arus perubahan global yang dinamis. (*)
Baca juga:
Sasar Turis Berkualitas