DEBUR ombak Pantai Kuta tak lagi sekeras gemuruh tepuk tangan di Ballroom 100 Sunset Road, Badung, Sabtu (26/4/2025). Di sana, seorang pria berkacamata, Wayan Koster, duduk tenang, menyimak orasi ilmiah yang melukiskan riwayatnya dengan tinta emas. Dr Muhammad Hasan Chabibie, staf ahli Kemendiktsaintek, menuturkan, Koster bukanlah politikus karbitan. Ia adalah homo academicus yang menjelma menjadi homo politicus. Jejak langkah Koster terentang jauh ke belakang, ke tahun 1988, ketika ia menapaki jalan sunyi seorang peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. Enam tahun ia habiskan di sana, mengulik data dan merumuskan teori, sebelum beralih menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi. Di sela kesibukannya, ia pun aktif di organisasi kemasyarakatan Hindu, menorehkan namanya sebagai intelektual yang peduli pada akar budaya. Namun, panggilan politik rupanya lebih kuat. Pada 2004, Koster melompat ke panggung politik, merebut kursi DPR RI dari PDIP. Tiga periode ia mengabdi di Senayan, sebelum akhirnya krama Bali memercayainya sebagai gubernur pada 2018. Lima tahun berlalu, dan kini, ia kembali dipercaya untuk memimpin Pulau Dewata hingga 2030. "Beliau senior kami. Beliau sudah melalang buana sebagai seorang peneliti," ujar Chabibie, seolah ingin menegaskan bahwa Koster bukanlah sekadar politikus biasa. Ia adalah pemimpin yang berbekal riset dan pengalaman, mampu meramu kebijakan dengan akurasi seorang ilmuwan. Dukungan pun mengalir dari berbagai penjuru. Dr Mustadin Taggala, pengurus pusat LPTPBNU, mengajak hadirin untuk mendoakan kesehatan dan semangat Koster dalam membangun Bali. Program unggulan Koster, "Satu Keluarga Satu Sarjana," menjadi bukti komitmennya dalam meningkatkan kualitas SDM Bali. Sebuah program yang sedang digodok dengan skema kerja sama bersama rektor perguruan tinggi di Bali. "Ini upaya kita bersama membangun SDM unggul di Bali," tutur Koster, menyinggung pentingnya peran sains dan teknologi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan pelik yang dihadapi Bali, seperti sampah, kemacetan, dan percepatan infrastruktur. Di antara para wisudawan ISTNUBA, harapan pun membuncah. Rektor Hj Azizah Azis berpesan agar mereka menjaga almamater dan menunjukkan karakter terbaik di dunia kerja. Ia juga mendorong mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dan S3, demi Bali yang lebih maju. Di balik gemerlapnya Bali, Koster berdiri, seorang pemimpin yang lahir dari bilik riset, kini menapaki panggung politik dengan langkah mantap. Ia adalah potret seorang intelektual yang terjun ke gelanggang kekuasaan, membawa serta idealisme dan segudang pengalaman. Akankah ia mampu menunaikan janji-janjinya, dan membawa Bali menuju era keemasan? Waktu yang akan menjawab. (isu/suteja)
Baca juga:
Pemerintah Diminta Segera Tangani Kasus Diabetes Anak