SEBELUM mentari Denpasar memanggang ubun-ubun, di Binoh Kaja, aroma tanah basah lebih dulu menyeruak. Di sana, di antara kesunyian pagi, jemari-jemari renta menari, mewujudkan warisan leluhur dalam bentuk gerabah. Mereka adalah wanita Binoh, dan di setiap sentuhan tanah liat, denyut tradisi itu tak pernah mati.
Selasa pagi itu (29/4/2025), di tengah persiapan menyambut Hari Kartini dan kemeriahan Galungan, hadir sebuah pengakuan tulus atas dedikasi mereka. Sagung Antari Jaya Negara, Ketua TP PKK Kota Denpasar, menyambangi Gobak Warung & Hangout, bukan untuk menikmati kopi kekinian, melainkan untuk menyalurkan kepedulian kepada 45 srikandi tanah liat ini. Bantuan sembako yang diserahkan menjadi simbol penghargaan atas semangat mereka yang tak pernah pudar.
Di antara para penerima, terpancar wajah-wajah yang menyimpan segudang pengalaman. Kerut di dahi mereka bukan sekadar garis waktu, namun juga peta ketekunan dalam membentuk kendi, paso, dan cobek. Ni Wayan Nadi, salah satunya, dengan senyum tulus menerima bingkisan. Baginya, ini bukan hanya sekadar bantuan materi, tetapi juga suntikan semangat untuk terus melestarikan keahlian yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya.
"Kami sangat berterima kasih atas perhatian ini," ujar Ni Wayan Nadi dengan nada haru. "Semoga kami terus diberikan kesehatan dan kekuatan untuk terus membuat gerabah."
Kekaguman Sagung Antari tak bisa disembunyikan saat mengunjungi langsung "dapur" kreativitas mereka di Tempat Pengerajin Gerabah Merta Sari Binoh Kaja.
Ia menyaksikan bagaimana tangan-tangan renta itu dengan cekatan mengubah gumpalan tanah liat menjadi karya seni yang bernilai. Di tengah kesederhanaan tempat kerja, terpancar semangat yang luar biasa.
"Melihat semangat ibu-ibu ini, saya sangat terinspirasi," ungkap Sagung Antari. "Usia bukanlah batasan untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi. Mereka adalah contoh nyata bahwa semangat itu abadi."
Lebih dari sekadar bantuan, kehadiran Sagung Antari dan rombongan membawa pesan penting: bahwa apa yang dilakukan para wanita Binoh ini bukan hanya sekadar pekerjaan, melainkan juga upaya pelestarian warisan budaya yang tak ternilai harganya. Di tengah gempuran modernisasi, mereka adalah penjaga tradisi yang gigih.
Harapan pun disematkan. Sagung Antari berharap agar jejak jemari mereka di tanah liat ini akan terus berlanjut di generasi mendatang. Binoh, sebagai satu-satunya sentra gerabah di Denpasar, memiliki potensi besar untuk diwariskan kepada anak cucu. Semangat dan keahlian para wanita inilah yang menjadi modal utama.
Kisah dari Binoh ini adalah oase inspirasi di tengah hiruk pikuk kota. Di sana, di antara debu tanah liat dan aroma pembakaran, kita belajar tentang ketekunan, semangat pantang menyerah, dan cinta yang mendalam terhadap warisan budaya.
Para wanita Binoh bukan hanya sekadar pengrajin gerabah, tetapi juga pahlawan masa kini yang membuktikan bahwa semangat berkarya akan terus menyala, tak lekang digerus zaman. Jejak jemari mereka di tanah liat adalah jejak inspirasi bagi kita semua. (isu/suteja)
Baca juga :
• Lewat Tangan Perempuan, Banten Tetap Hidup di Sanur Kaja
• Seni Peran, Ruang Empati Bertumbuh
• Simfoni Kata dari Balik Tirai Penglihatan