Gawat! 83 Persen Endek Bali Bukan Asli, Motif Songket Ditiru
DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Situasi pelestarian kain tenun tradisional Bali, khususnya endek dan songket, berada dalam kondisi mengkhawatirkan. Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Putri Suastini Koster mengungkapkan ancaman serius yang dihadapi warisan budaya adiluhung ini saat menerima Ketua Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Provinsi Bali di Denpasar, Senin (28/4/2025).
Fakta mengejutkan terungkap bahwa dominasi kain endek yang beredar di pasaran Bali justru berasal dari luar pulau. Berdasarkan penelitian, sebanyak 83 persen kain endek yang diperjualbelikan di Bali diproduksi di Troso, Jawa Tengah. Kondisi ini tidak hanya mengancam keberlangsungan perajin lokal Bali, tetapi juga merugikan perekonomian daerah.
"Situasi saat ini tidak sedang baik-baik saja. Keberadaan kain tenun tradisional Bali yaitu endek dan songket menghadapi ancaman serius. Hasil penelitian mengungkap bahwa 83 persen kain endek yang dipasarkan di Bali diproduksi di Troso. Selain bisa mengancam upaya pelestarian karena kainnya sudah tak diproduksi oleh perajin Bali, hal ini juga sangat merugikan secara ekonomi," tegas Putri Koster.
Tak hanya endek, kain songket Bali juga menghadapi ancaman serupa, yaitu duplikasi motif pada kain bordir. Hal ini sangat disayangkan mengingat kain endek dan songket Bali telah memiliki hak kekayaan intelektual komunal, yang seharusnya melindungi motif dan proses pembuatannya secara hukum.
"Padahal kain endek dan songket Bali telah memiliki hak kekayaan intelektual komunal, yang berarti bahwa motif dan proses pembuatannya dilindungi secara hukum," imbuhnya.
Menyikapi kondisi ini, Putri Koster mengingatkan para perajin bordir untuk tidak lagi menjiplak motif songket. Ia mendorong agar para perajin bordir menciptakan motif orisinal yang akan memperkaya khazanah tekstil Bali.
"Akan jauh lebih baik kalau perajin kain bordir menciptakan motif sendiri," ujarnya.
Ancaman dominasi produk luar dan penjiplakan motif ini menjadi alarm bagi upaya pelestarian warisan budaya Bali. Dibutuhkan langkah-langkah strategis dan sinergi dari berbagai pihak untuk melindungi dan memberdayakan kembali perajin lokal serta menjaga keaslian kain tenun tradisional Bali.
Peran serta komunitas seperti KCBI diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mencintai dan menggunakan kain tenun asli Bali. (isu/suteja)